Wednesday, 19 April 2017

Turbulensi Hantui Dunia Penerbangan

Balipost, 23 Juni 2016
Beberapa hari yang lalu, pesawat berjenis Airbus A330-200 Etihad Airways dengan nomor penerbangan EY474 rute Abu Dhabi - Jakarta mengalami turbulensi sekitar 30 menit sebelum mendarat di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Selang beberapa hari, insiden turbulensi juga terulang kembali di wilayah Indonesia, namun kali ini terjadi pada maskapai Hongkong Airways HX-6704 dengan rute Denpasar-Hong Kong. Akibat dari turbulensi yang dialami pesawat Hongkong Airwyas di sekitar kalimantan, pesawat tersebut terpaksa harus kembali mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali. Sebenarnya mengapa turbulensi ini bisa terjadi dan bagaimana dampak dari fenomena ini terhadap pesawat yang sedang terbang di udara ?

Turbulensi
Pasti diantara kita banyak yang merasa asing dengan istilah ini. Mungkin bagi beberapa masyarakat yang sering pergi menggunakan pesawat pernah mengalami peristiwa ini. Turbulensi pesawat itu sendiri merupakan guncangan yang disebabkan oleh benturan massa udara dengan kecepatan yang cukup tinggi dari berbagai arah yang terjadi di kolom udara atmosfer. Jika hal ini terjadi, maka pesawat akan mengalami guncangan bahkan seperti dihempaskan oleh aliran udara. Kejadian ini mirip dengan melindas gundukan jalan yang rusak ketika kita mengendarai mobil di jalanan.
Dalam beberapa kasus, turbulensi tidaklah berbahaya karena hanya merupakan guncangan biasa saja. Namun ada suatu keadaan ketika turbulensi yang terjadi sangatlah hebat hingga mengakibatkan penumpang kesulitan untuk bergerak bahkan jika tidak mengenakan sabuk pengaman bisa saja penumpang tersebut terhempas ke atap kabin pesawat. Berdasarkan jenis intensitasnya, turbulensi dibagi menjadi 3 yaitu ringan (light), sedang (moderate) dan kuat (severe).

Turbulensi dengan intensitas ringah hanya akan berdampak terasa guncangan-guncangan kecil saja. Ketika penumpang mengenakan sabuk pengaman, maka mereka hanya akan merasakan sedikit tarikan yang tidak terlalu berarti. Jika ada benda-benda di dalam pesawat yang diletakkan bebas maka akan bergoyang atau bergeser sedikit. Pada saat pesawat mengalami turbulensi ini, pilot masih bisa mengontrol ketinggian dan pergerakan pesawat.

Turbulensi selanjutnya memiliki intensitas sedang. Sedikit berbeda dengan ringan, turbulensi ini memiliki dampak yang lebih besar bagi penumpang dan objek benda di dalam pesawat. Penumpang akan kesulitan untuk bergerak ketika pesawat mengalami turbulensi intensitas sedang ini. Barang-barang akan mulai terlempar tidak karuan, dan pilot sedikit kesulitan untuk mengontrol ketinggian serta arah gerak pesawat.

Turbulensi terakhir adalah turbulensi kuat (severe turbulence). Jika pesawat mengalami turbulensi ini, maka penumpang yang tidak memakai sabuk pengaman akan terhempas ke atap kabin pesawat. Selain itu barang-barang di dalam kabin pesawat akan berhamburan tidak karuan serta pilot sudah tidak bisa mengontrol ketinggian dan arah gerak pesawat.

Berdasarkan beberapa informasi, kejadian turbulensi pada kasus pesawat Airbus A330-200 Etihad Airways dan Hongkong Airways HX-6704 merupakan turbulensi dalam kategori severe sehingga berdampak sangat signifikan bagi penumpang dan awak pesawat. Menurut news.detik.com Pesawat Hongkong Airways HX-6704 mengalami turbulensi yang mengakibatkan 3 korban luka berat dengan lebih 17 penumpang mengalami luka ringan. Sedangkan pada kasus turbulensi Etihad Airways, mengakibatkan barang-barang di dalam bagasi kabin terlempar berhamburan. Sedikitnya 31 penumpang mengalami luka ringan hingga patah tulang dalam kejadian di ketinggian sekitar 37.000 feet.

Clear Air Turbulance (CAT)
Menurut analisa BMKG, pesawat Ethad Airways tidak memasuki awan Cumulonibus pada saat pukul 13.00-14.00 WIB di jalur penerbangannya. Jika kejadian ini benar, maka peristiwa turbulensi ini disebut turbulensi cuaca cerah atau Clear Air Turbulance (CAT). Biasanya CAT terjadi pada lapisan atas atmosfer (sekitar 30.000-50.000 feet).

Pada umumnya turbulensi terjadi di sekitar awan CB, sehingga pilot pasti akan terbang menghindari adanya awan CB tersebut dengan bantuan radar dan satelit cuaca. Sedangkan turbulensi cuaca cerah (CAT) sangat sulit dideteksi dengan menggunakan satelit, radar, maupun pemodelan cuaca. Hal ini karena turbulensi ini terjadi sangat cepat dan tiba-tiba dalam skala yang cukup kecil. Oleh karena itu kepada pilot maskapai yang mengalami peristiwa ini diharapkan untuk meningkatkan awarenessnya dan menyampaikan AIREP (Air Report) kejadian CAT dan turbulensi lainnya kepada unit ATS (Air Traffic Service) untuk disampaikan langsung kepada Kantor Meteorologi setempat.

Faktor Terjadinya Turbulensi
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan turbulensi pada pesawat. Pada umumnya guncangan ini terjadi karena massa udara hangat naik secara tiba-tiba atau sebaliknya massa udara dingin yang tiba-tiba turun. Turbulensi akibat suhu ini dikenal dengan istilah turbulensi thermis. Selain itu, turbulensi juga bisa karena arus udara yang sangat kencang yaitu jet stream yang sering terjadi dikarenakan pergerakan arus udara yang sangat cepat pada lapisan atas dan berpengaruh terhadap udara di sekelilingnya. Ada juga jenis turbulensi yang terjadi akibat faktor lokal bumi. Turbulensi ini biasa dikenal dengan istilah turbulensi mekanis yaitu turbulensi yang sering terjadi ketika pesawat melewati daerah pegunungan. Hal ini bisa terjadi karena massa udara yang melewati pegunungan memiliki pola penjalaran yang bergelombang sehingga terjadi guncangan pada pesawat yang melintasi daerah tersebut. Dan yang terakhir adalah wake turbulence. Peristiwa ini biasa terjadi saat pesawat berpapasan atau berdekatan dengan helikopter atau pesawat lainnya.

Meskipun turbulensi merupakan peristiwa yang berbahaya bagi penerbangan, fenomena ini juga termasuk hal yang wajar dan sering terjadi di atmosfer kita. Sehingga kita tidak perlu terlalu panik akibat adanya turbulensi. Hal yang perlu kita perhatikan adalah ketika di dalam pesawat, gunakan terus sabuk pengaman hingga pesawat tersebut landing di bandara tujuan. Hal ini untuk mengantisipasi adanya turbulensi ketika perjalanan di dalam pesawat, serta perhatikan bagaimana kondisi cuaca di rute penerbangan yang akan kita lewati nanti, bisa menggunakan radar cuaca, satelit, maupun pemodelan cuaca yang disediakan oleh badan Meteorologi setempat.




Oleh Richard Mahendra Putra 

1 comment: