Bagi
wilayah di dataran tinggi, kabut tidak hanya terjadi saat pagi hari saja.
Terkadang menjelang siang pun jalanan di sekitar pegunungan masih saja
diselimuti oleh fenomena ini.
Fenomena
kabut terjadi akibat dari inversi suhu. Sebuah kondisi dimana suhu di dekat
permukaan bumi lebih dingin daripada suhu di lapisan atasnya. Apabila dalam
keadaan normal, suhu udara di atmosfer ini akan menurun seiring dengan
bertambahnya ketinggian. Hal ini disebabkan oleh panas yang kita rasakan
sebenarnya tidak langsung berasal dari matahari, melainkan dari gelombang
panjang yang dipancarkan oleh permukaan bumi ke atmosfer. Oleh karena itu
semakin jauh letak suatu tempat dengan permukaan bumi maka suhunya akan menjadi
rendah.
Inversi
suhu merupakan hal yang biasa terjadi saat pagi hari. Biasanya inversi suhu
terjadi ketika siang hari kemarinnya suhu sangat panas, kemudian dimalam
harinya suhu turun secara drastis. Akibatnya, sebelum matahari terbit, suhu di
permukaan bumi masih saja dalam kondisi dingin. Sedangkan suhu di lapisan atas
tetap lebih hangat. Saat kondisi ini terjadi, maka uap air akan terkondensasi
di dekat permukaan dan menghasilkan kabut.
Sering
kali kita salah presepsi antar kabut dan mist. Mist merupakan fenomena yang mirip
dengan kabut. Perbedaanya dari segi jarak pandang yang bisa dicapai dan nilai
kelembaban udara. Apabila fenomena mist, maka jarak pandang yang masih lebih
dari 1 km dan kelembaban udara antara 95–97 persen. Namun jika kabut, jarak pandang
bisa dicapai kurang dari 1 km serta kelembaban udara 98–100 persen.
Ada
beberapa dampak negatif dari terjadinya fenomena ini. Salah satunya adalah
berkurangnya jarak pandang. Saat kabut tebal terjadi, jarak pandang bisa
mencapai 10 meter saja. Hal ini akan sangat membahayakan kegiatan transportasi
di darat, laut, maupun udara. Oleh karena itu, perlu kewaspadaan yang lebih
saat kita mengendarai kendaraan kita saat terjadi kabut. Sangat penting juga
bagi kita untuk menyalakan lampu kendaraan saat terjadi kabut agar dapat
mengantisipasi terjadinya tabrakan dengan kendaraan lain saat melintas.
Akhir-akhir
ini fenomena kabut sangat sering terjadi di sekitar tempat kita. Hal ini
disebabkan oleh suhu yang cenderung sangat dingin dimalam hari dibandingkan pada
saat musim hujan. Rendahnya suhu saat malam hari disebakan oleh sedikitnya
cangkupan awan yang menutupi langit sehingga panas radiasi yang berasal dari
permukaan bumi akan langsung ke atmosfer. Sedangkan saat musim hujan, awan di
malam hari akan cenderung banyak sehingga menahan dan memancarkan kembali
radiasi gelombang panjang dari permukaan bumi menuju permukaan bumi kembali.
Akibatnya suhu di bumi menjadi hangat.
Pesawat militer
berjenis Hercules jatuh di kota Medan,Sumatera Utara, tepatnya di Jalan Jamin
Ginting pada 30 juni 2015. Kejadian ini sekitar pukul 11.50 WIB.
Kecelakaan udara dapat terjadi akibat bebrapa faktor,
yaitu faktor teknis maupun nonteknis. Faktor teknis merupakan faktor yang lebih
condong ke arah kualitas dari pesawat. Untuk dapat melakukan perjalanan udara,
sebuah pesawat harus sudah lolos quality control sehingga layak untuk
diterbangkan. Selain itu terdapat juga faktor nonteknis yaitu akibat human
error dan kondisi cuaca. Skill dan kebiasaan dari pilot serta awak pesawat
sangat dibutuhkan dalam perjalanan udara agar terhindar dari kecelakaan.
Sedangkan kondisi cuaca merupakan faktor nonteknis yang tidak bisa dihindari.
Namun bisa diminimalisir terjadinya kecelakaan yang diakibatkan oleh kondisi
cuaca.
Kondisi cuaca sangat penting untuk mendukung aktivitas
transportasi udara saat pesawat lepas landas, mendarat, maupun saat terbang di
udara. Contoh sederhana, kondisi angin di sekitar landasan pacu. Sebuah pesawat
yang hendak lepas landas maupun mendarat (landing) harus mengetahui arah dan
kecepatan angin di landasan pacu. Saat pesawat lepas landas maupun mendarat
adalah melawan arah datangnya angin. Apabila pilot tidak mengetahui arah
kecepatan angin, maka kemungkinan besar pesawat dapat lepas landas dan mendarat
secara tegak lurus dari datangnya angin sehingga mengakibatkan angin silang
(crooswind) yang dapat mengganggu keseimbangan pesawat.
Di Indonesia, Lembaga pemerintaha Non. Departemen yang
bertugas memberikaninformasi
cuaca adalah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Informasi
cuaca penerbangan yang diberikan berupa data cuaca bandara dalam bentuk QAM,
prakiraan cuaca bandara (Aerodrome Forcast), serta dokumen informasi cuaca
sepanjang rute penerbangan berupa flight document.
Usnur cuaca yang dilaporkan oleh BMKG meliputi arah dan
kecepatan angin, visibility jarak pandang, jumlah cangkupan awan yang menutupi
langit serta jenis awan, keadaan cuaca, suhu udara, titik embun, tekanan udara,
serta informasi-informasi tambahan seperti perubahan cuaca yang signifikan
khususnya untuk keperluan take off dan landing.
Cuaca memang bukan merupakan faktor utama yang menyebabkan
kecelakaan dalm transportasi penerbangan. Namun dengan mengetahui kondisi cuaca
saat lepas landas, terbang maupun mendarat akan membantu meminimalisir
terjadinya kecelakaan udara, sehingga transportasi udara menjadi lebih aman dan
nyaman.
Teringat peristiwa hujan es yang menerjang wilayah Bali tahun 2012.
Kejadian tersebut terjadi pada hari Kamis, 16 Desember
2012 sekitar pukul 16.00 WITA. Hujan es dirasakan di wilayah
Jalan Gajah Mada Denpasar.
Fenomena hujan es sebenarnya bukan lagi hal yang aneh di negara
kita. Kejadian ini sudah sering khususnya pada saat musim peralihan dan musim
hujan datang. Meskipun kita berada di sekitar khatulistiwa, bukan berarti kita
terbebas dari adanya bongkahan es yang jatuh dari langit.
Dari semua hujan es yang terjadi di Indonesia, semuanya memiliki
durasi yang singkat dan intensitas yang ringan. Berbeda di wilayah sekitar
lintang tinggi dimana hujan es dapat terjadi dengan durasi yang lebih lama dan
intensitas yang tinggi. Jika di kawasan lintang tinggi, bongkahan es yang jatuh
dapat mencapai ukuran bola tenis sehingga akan sangat berbahaya bagi masyarakat
di wilayah tersebut. Namun di Indonesia, bongkahan es yang jatuh relatif lebih
kecil sekitar ukuran kelereng saja. Durasi terjadi hujan es di Indonesia juga
hanya beberapa menit. Sehingga fenomena hujan es tidak perlu terlalu dijadikan
momok bagi masyarakat Indonesia.
Bongakahan es yang jatuh dari langit berasal dari salah satu awan
yang akhir – akhir ini terkenal akibat dari kecelakaan Air Asia QZ8501 pada
akhir tahun 2014 lalu, yaitu awan Cumulonimbus. Awan ini merupakan awan jenis
konvektif yaitu awan yang menjulang sangat tinggi. Awan ini memiliki puncak
mencapai lebih dari 10 km dan suhu dipuncak awan ini sangatlah dingin sehingga
memungkinkan adanya bongkahan es yang snagat besar di awan ini.
Di dalam awan Cumulonimbus, terjadi peristiwa golakan angin yang
sangat kencang atau sering dengan istilah turbulensi. Akibat dari turbulensi,
bongakahan es yang berada di puncak awan akan terhempas hingga ke lapisan
bawah. Pada saat bongkahan es itu jatuh, makan akan mengalami gesekan dengan
atmosfer sehingga ukuran dari es menjadi kecil ketika mencapai permukaan bumi.
Alasan
mengapa hujan es di Indonesiamemiliki ukuran yang relatif kecil adalah karena
tinggi dasar awan di Indonesia lebih tinggi jikadibandingkan
di kawasan lintang tinggi. Di dalam awan Cumulonimbus ada sebuah titik dimana
dikenal dengan istilah freezing level. Lokasi tersebut merupakan lokasi
dimana es mulai terbentuk. Semakin rendah dasar awan dan freezing
level, maka otomatis gesekan bongkahan es dengan atmosfer semakin sedikit
sehingga hujan es yang mencapai permukaan bumi akan memiliki ukuran yang cukup
besar. Sebaliknya, apabila tinggi dasar awan dan freezing level cukup
tinggi, maka bongkahan es akan lebih banyak terkikis akibat dari pergeseran es
dengan atmosfer sehingga menyebabkan ukuran hujan es yang terjadi menjadi kecil.
Beberapa hari yang
lalu, pesawat berjenis Airbus A330-200 Etihad Airways dengan nomor penerbangan
EY474 rute Abu Dhabi - Jakarta mengalami turbulensi sekitar 30 menit sebelum
mendarat di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Selang beberapa hari, insiden
turbulensi juga terulang kembali di wilayah Indonesia, namun kali ini terjadi
pada maskapai Hongkong Airways HX-6704 dengan rute Denpasar-Hong Kong. Akibat
dari turbulensi yang dialami pesawat Hongkong Airwyas di sekitar kalimantan,
pesawat tersebut terpaksa harus kembali mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali. Sebenarnya
mengapa turbulensi ini bisa terjadi dan bagaimana dampak dari fenomena ini
terhadap pesawat yang sedang terbang di udara ?
Turbulensi
Pasti diantara
kita banyak yang merasa asing dengan istilah ini. Mungkin bagi beberapa masyarakat
yang sering pergi menggunakan pesawat pernah mengalami peristiwa ini.
Turbulensi pesawat itu sendiri merupakan guncangan yang disebabkan oleh
benturan massa udara dengan kecepatan yang cukup tinggi dari berbagai arah yang
terjadi di kolom udara atmosfer. Jika hal ini terjadi, maka pesawat akan
mengalami guncangan bahkan seperti dihempaskan oleh aliran udara. Kejadian ini
mirip dengan melindas gundukan jalan yang rusak ketika kita mengendarai mobil
di jalanan.
Dalam beberapa
kasus, turbulensi tidaklah berbahaya karena hanya merupakan guncangan biasa
saja. Namun ada suatu keadaan ketika turbulensi yang terjadi sangatlah hebat
hingga mengakibatkan penumpang kesulitan untuk bergerak bahkan jika tidak
mengenakan sabuk pengaman bisa saja penumpang tersebut terhempas ke atap kabin pesawat.
Berdasarkan jenis intensitasnya, turbulensi dibagi menjadi 3 yaitu ringan (light), sedang (moderate) dan kuat (severe).
Turbulensi dengan
intensitas ringah hanya akan berdampak terasa guncangan-guncangan kecil saja.
Ketika penumpang mengenakan sabuk pengaman, maka mereka hanya akan merasakan
sedikit tarikan yang tidak terlalu berarti. Jika ada benda-benda di dalam
pesawat yang diletakkan bebas maka akan bergoyang atau bergeser sedikit. Pada
saat pesawat mengalami turbulensi ini, pilot masih bisa mengontrol ketinggian
dan pergerakan pesawat.
Turbulensi
selanjutnya memiliki intensitas sedang. Sedikit berbeda dengan ringan,
turbulensi ini memiliki dampak yang lebih besar bagi penumpang dan objek benda
di dalam pesawat. Penumpang akan kesulitan untuk bergerak ketika pesawat
mengalami turbulensi intensitas sedang ini. Barang-barang akan mulai terlempar
tidak karuan, dan pilot sedikit kesulitan untuk mengontrol ketinggian serta
arah gerak pesawat.
Turbulensi
terakhir adalah turbulensi kuat (severe
turbulence). Jika pesawat mengalami turbulensi ini, maka penumpang yang
tidak memakai sabuk pengaman akan terhempas ke atap kabin pesawat. Selain itu
barang-barang di dalam kabin pesawat akan berhamburan tidak karuan serta pilot
sudah tidak bisa mengontrol ketinggian dan arah gerak pesawat.
Berdasarkan
beberapa informasi, kejadian turbulensi pada kasus pesawat Airbus A330-200
Etihad Airways dan Hongkong Airways HX-6704 merupakan turbulensi dalam kategori
severe sehingga berdampak sangat
signifikan bagi penumpang dan awak pesawat. Menurut news.detik.com Pesawat Hongkong Airways HX-6704 mengalami
turbulensi yang mengakibatkan 3 korban luka berat dengan lebih 17 penumpang
mengalami luka ringan. Sedangkan pada kasus turbulensi Etihad Airways,
mengakibatkan barang-barang di dalam bagasi kabin terlempar berhamburan.
Sedikitnya 31 penumpang mengalami luka ringan hingga patah tulang dalam
kejadian di ketinggian sekitar 37.000 feet.
Clear Air Turbulance (CAT)
Menurut analisa
BMKG, pesawat Ethad Airways tidak memasuki awan Cumulonibus pada saat pukul
13.00-14.00 WIB di jalur penerbangannya. Jika kejadian ini benar, maka
peristiwa turbulensi ini disebut turbulensi cuaca cerah atau Clear Air
Turbulance (CAT). Biasanya CAT terjadi pada lapisan atas atmosfer (sekitar
30.000-50.000 feet).
Pada umumnya
turbulensi terjadi di sekitar awan CB, sehingga pilot pasti akan terbang
menghindari adanya awan CB tersebut dengan bantuan radar dan satelit cuaca.
Sedangkan turbulensi cuaca cerah (CAT) sangat sulit dideteksi dengan
menggunakan satelit, radar, maupun pemodelan cuaca. Hal ini karena turbulensi
ini terjadi sangat cepat dan tiba-tiba dalam skala yang cukup kecil. Oleh
karena itu kepada pilot maskapai yang mengalami peristiwa ini diharapkan untuk
meningkatkan awarenessnya dan menyampaikan AIREP (Air Report) kejadian CAT dan turbulensi lainnya kepada unit ATS (Air Traffic Service) untuk disampaikan
langsung kepada Kantor Meteorologi setempat.
Faktor Terjadinya Turbulensi
Terdapat beberapa
faktor yang dapat menyebabkan turbulensi pada pesawat. Pada umumnya guncangan
ini terjadi karena massa udara hangat naik secara tiba-tiba atau sebaliknya
massa udara dingin yang tiba-tiba turun. Turbulensi akibat suhu ini dikenal
dengan istilah turbulensi thermis.
Selain itu, turbulensi juga bisa karena arus udara yang sangat kencang yaitu jet stream yang sering terjadi
dikarenakan pergerakan arus udara yang sangat cepat pada lapisan atas dan
berpengaruh terhadap udara di sekelilingnya. Ada juga jenis turbulensi yang
terjadi akibat faktor lokal bumi. Turbulensi ini biasa dikenal dengan istilah
turbulensi mekanis yaitu turbulensi
yang sering terjadi ketika pesawat melewati daerah pegunungan. Hal ini bisa
terjadi karena massa udara yang melewati pegunungan memiliki pola penjalaran
yang bergelombang sehingga terjadi guncangan pada pesawat yang melintasi daerah
tersebut. Dan yang terakhir adalah wake
turbulence. Peristiwa ini biasa terjadi saat pesawat berpapasan atau berdekatan
dengan helikopter atau pesawat lainnya.
Meskipun
turbulensi merupakan peristiwa yang berbahaya bagi penerbangan, fenomena ini
juga termasuk hal yang wajar dan sering terjadi di atmosfer kita. Sehingga kita
tidak perlu terlalu panik akibat adanya turbulensi. Hal yang perlu kita
perhatikan adalah ketika di dalam pesawat, gunakan terus sabuk pengaman hingga
pesawat tersebut landing di bandara
tujuan. Hal ini untuk mengantisipasi adanya turbulensi ketika perjalanan di
dalam pesawat, serta perhatikan bagaimana kondisi cuaca di rute penerbangan
yang akan kita lewati nanti, bisa menggunakan radar cuaca, satelit, maupun
pemodelan cuaca yang disediakan oleh badan Meteorologi setempat.
Perubahan
iklim merupakan sebuah bencana besar dan malapetaka bagi umat manusia, hal ini
dikarenakan dampak perubahan iklim bagi kehidupan manusia sangat merugikan
sekali.
Dampak nyata yang akan dirasakan oleh masyarakat antara lain : meningkatnya
suhu udara, es di kutub meleleh, kenaikan permukaan air laut, serta kondisi
cuaca yang semakin komplek tidak menentu
Pengetahuan tentang ilmu
iklim masih sangat minim diketahui oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat
mungkin sering membaca di media koran dan internet tentang perubahan iklim,
namun mereka sendiri tidaklah paham apa yang dimaksudkan oleh berita tersebut.
Hal ini karena kurangnya sosialisasi yang merangkul kepada seluruh kalangan
masyarakat yang sebenarnya juga ingin peduli tentang lingkungan yang mereka
tempati. Selain itu, tingkat pengetahuan
iklim masih cenderung terbatas karena dampak dari perubahan iklim itu sendiri
tidak langsung dirasakan secara instan oleh masyarakat.
Perubahan iklim merupakan
kondisi berubahnya pola iklim dari kondisi normalnya sehingga berdampak pada berbagai
sektor lingkungan. Perubahan iklim biasanya disebabkan oleh Global Warming, yaitu peristiwa
meningkatnya suhu rata-rata di atmosfer bumi. Jika kita melihat trend kondisi normal, bumi kita
ini rata-rata memiliki suhu sekitar 15oC. Namun selama seratus tahun
terakhir, para ilmuwan memperkirakan bahwa suhu bumi sudah meningkat jauh yaitu
sebesar 1 – 2oC. Bahkan ada yang memprakirakan jika manusia tidak
mengubah pola perilaku mereka terhadap lingkungan, maka bumi kita akan
mengalami pemanasan hingga 1.4 – 5.8oC pada tahun 2100.
Pemanasan global itu sendiri
terjadi akibat dari penumpukan gas rumah kaca di atmosfer bumi kita, sehingga
efek rumah kaca akan semakin menguat dan menyebabkan suhu bumi meningkat. Yang
dimaksud efek rumah kaca adalah pantulan balik dari energi panas yang
seharusnya terlepas ke luar angkasa, namun justru dipantulkan kembali ke
permukaan bumi sehingga mengakibatkan suhu bumi meningkat. Peristiwa itu karena
gas-gas rumah kaca seperti Karbondioksida (CO2) dan Metana (CH4)
menjadi penangkap energi radiasi di atmosfer bumi. Semakin besar kandungan gas
rumah kaca di atmosfer, maka semakin besar pula energi yang akan ditangkap
kemudian dipantulkan kembali ke permukaan bumi.
Energi yang berasal dari
matahari merupakan energi dari gelombang pendek. Saat matahari menyinari bumi,
energi tersebut akan ditangkap dan disimpan oleh bumi. Setelah itu permukaan
bumi akan mengemisikan energi tersebut dalam bentuk gelombang panjang. Seharusnya
energi dari gelombang panjang dapat tembus hingga ke luar angkasa, namun karena
adanya gas rumah kaca, maka energi gelombang panjang dari permukaan bumi akan
terperangkap di atmosfer dan dipantulkan kembali menuju permukaan bumi. Itulah
yang dinamakan efek rumah kaca. Beberapa dampak yang akan ditimbulkan oleh
kejadian ini meliputi perubahan habitat flora dan fauna, perubahan pola cuaca
dan iklim, kesehatan masyarakat, meningkatnya tinggi permukaan laut, serta akan
merusak hasil panen petani di Indonesia.
Dengan meningkatnya suhu
bumi, maka pergeseran secara luas akan terjadi pada tanaman dan binatang.
Beberapa spesies yang tidak bisa menyesuaikan dengan kondisi ini akan sulit
untuk bertahan di habitatnya sekarang. Oleh karena itu tidak jarang banyak
binatang dan tanaman yang mati karena tidak bisa beradaptasi dengan habitatnya
saat ini. Selain itu kondisi pemanasan global juga akan mengakibatkan cuaca
ekstrem yang lebih sering terjadi sehingga akan menambah kerusakan di
lingkungan kita. Pola hujan pun juga akan berubah yang berakibat pada kondisi cuaca
yang semakin sulit untuk diprediksi. Untuk wilayah yang sistem drainase nya
buruk akan sangat mudah mengalami bencana banjir ketika terjadi hujan ekstrem
meskipun hanya berlangsung dalam waktu yang singkat. Sedangkan wilayah yang
kekurangan pasokan uap air akan mengalami kekeringan yang berkepanjangan.
Iklim yang sulit diprediksi
akan sangat berdampak pada dunia pertanian. Pengaruh pemanasan global telah
menyebabkan pola sebaran curah hujan yang tidak menentu sehingga masa tanam
terganggu. Selain itu, kondisi tata ruang, daerah resapan air dan sistem
irigasi yang buruk juga akan memicu terjadinya banjir di persawahan yang
mengakibatkan gagal panen.
Peningkatan suhu bumi selama
bertahun-tahun telah mencairkan sejumlah es di wilayah kutub. Hal ini akan
mengakibatkan pertambahan massa air di lautan termasuk di wilayah Indonesia
sehingga tinggi muka air laut akan meningkat. Dampak dari peristiwa ini adalah
banyak wilayah pantai yang mengalami kebanjiran, erosi, dan hilangnya daratan
di pulau –pulau kecil, serta masuknya air laut ke wilayah air tawar. Beberapa
wilayah di Indonesia sudah mengalami dampak dari hilangnya pulau-pulau kecil
akibat naiknya tinggi muka laut. Berbagai studi yang telah dihimpun oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change)
menunjukkan bahwa selama ini telah terjadi peningkatan tinggi muka air laut
sebesar 1 -2 meter dalam kurun waktu sekitar 100 tahun terakhir. Jika kondisi
ini terus berlanjut, maka negara kita yang memiliki sekitar 13.600 pulau akan
mengalami dampak yang cukup serius. Masyarakat dan nelayan yang berdomisili di
sekitar garis pantai akan semakin terdesak bahkan kemungkinan kehilangan tempat
tinggal serta bangunan infrastruktur yang telah dibangun.
Dalam upaya mitigasi bencana
ini, pemerintah telah mengambil beberapa kebijakan seperti penggunaan energi
alternatif dalam kehidupan sehari-hari. Energi alternatif ini dinilai aman
terhadap atmosfer dan tidak menimbulkan polusi yang berlebihan. Contohnya saja
adalah penggunaan bahan bakar gas pada kendaraan bermotor. Saat ini sudah
banyak kendaraan transportasi umum yang menggunakan bahan bakar gas saat beroperasi.
Selain itu, upaya mitigasi lainnya adalah reboisasi hutan. Tindakan penanaman
kembali hutan di Indonesia berguna untuk menyerap emisi gas rumah kaca yang semakin
meningkat saat ini.
Masyakarat Indonesia juga
perlu tahu tentang pengetahuan perubahan iklim, dampak, dan cara mengatasinya.
Intinya adalah kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir
pemanasan global di bumi kita dimulai dari diri kita sendiri dengan cara
mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, jangan membakar hutan, kurangi
penggunaan AC saat tidak diperlukan, dan pegang prinsip dasar 3R (Reuse, Reduce
dan Recycle). Reuse berarti menggunakan benda yang bisa digunakan lagi, bukan
seperti plastik/styrofoam yang sekali pakai langsung buang. Reduce berarti
berhemat dan wajar dalam memakai produk yang merusak lingkungan, dan Recycle
berarti mendaur ulang sampah yang masih bisa kita manfaatkan.
Tak bisa dipungkiri bahwa begitu
banyak bencana alam yang silih berganti melanda negeri ini. Bencana yang kerap
melanda tak mungkin dapat kita cegah, namun kita sebagai masyarakat hendaknya
senantiasa waspada akan segala kemungkinan bencana yang mungkin terjadi.
Disamping kerugian dari segi materi, kerugian dari segi fisik, jiwa dan psikis
juga pasti dialami oleh masyarakat yang terkena dampak bencana alam.
Dimulai dari bencana alam yang sangat
populer terjadi di Indonesia. Bencana ini bisa terjadi kapan saja dan dimana
saja tanpa mengenal musim, waktu dan belum bisa diprediksi kapan akan terjadi.
Bencana ini adalah gempa bumi. Gempa bumi terjadi akibat
pergerakan relatif antar lempeng tektonik di Indonesia dan aktivitas
sesar-sesar regional maupun lokal. Dalam satu tahun, rata-rata terjadi ribuan
gempa, namun tidak semua gempa tersebut akan dirasakan masyarakat karena
kekuatannya yang kecil sehingga gempa-gempa tersebut hanya terdeteksi oleh alat
yakni Seismograph. Sedangkan gempa yang dirasakan masyarakat biasanya memiliki
kekuatan kekuatan diatas 5,5 SR dirasakan rata-rata per tahun sekitar 70 – 100
kali dan gempa yang menimbulkan kerusakan antara 1 – 2 kali per tahun. Alasan
mengapa Indonesia merupakan daerah yang sangat rawan terhadap gempa bumi adalah
karena Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia yakni
lempeng India – Australia di sebelah selatan, Samudera Pasifik di sebelah Timur
dan lempeng Eurasia.
Selain gempa bumi,
Indonesia juga merupakan daerah yang rawan dengan terjadinya Tsunami. Tsunami
dapat terjadi akibat berbagai faktor, yaitu gempa bumi di dasar laut,
meletusnya gunung api di laut, ataupun jatuhan meteor. Mengingat kembali bahwa
Indonesia merupakan daerah yang rawan gempa bumi, maka peristiwa Tsunami juga tidak
bisa dihindarkan. Namun perlu kita ketahui bahwa tidak semua gempa itu akan
mengakibatkan Tsunami. Ada beberapa aspek yang harus dipenuhi agar suatu gempa
dapat menghasilkan tsunami, diantaranya gempa harus berada di dasar laut,
kedalaman gempa harus dangkal (kurang dari 30km), memiliki kekuatan lebih dari
6.0 SR, jenis pergeseran gempa adalah sesar vertikal (naik ataupun turun).
Bencana lain yang
setiap tahun pasti melanda negeri ini adalah bencana akibat faktor
hidrometeorologis. Bencana jenis ini disebabkan oleh faktor cuaca. Salah satu
bencana hidrometeorologi yang kerap terjadi di negeri kita adalah banjir. Tak
hanya melanda Jakarta saja, banjir juga dapat terjadi di seluruh wilayah di
Indonesia. Banjir biasanya terjadi akibat dari hujan lebat yang terjadi dalam
waktu yang singkat. Hujan ini berasal dari awan konvektif yaitu Cumulonimbus.
Dimana awan ini merupakan awan yang menjulang tinggi yang dapat menghasilkan
hujan lebat disertai petir dan angin kencang. Selain akibat hujan, banjir juga
dapat terjadi karena faktor sistem drainase yang kurang baik. Untuk itu,
perlunya perbaikan sistem drainase di kawasan rawan banjir untuk dapat
mengantisipasi terjadinya banjir pada saat musim hujan tiba. Disamping itu,
kesadaran masyarakat juga sangat diperlukan untuk dapat menjaga kondisi
lingkungan dengan cara tidak membuang sampah di sungai, selokan, dan pada
lokasi air mengalir lainnya agar air hujan tidak terhambat di suatu lokasi
sehingga menyebabkan banjir.
"Siang ini kok panas sekali ya? Rasanya tidak mungkin hujan akan terjadi". Selang beberapa waktu, awan gelap mulai mendekat dan langit yang damai berubah mencekam. Angin bertiup sangat kencang, gemuruh guntur terjadi bergantian, dan kilat menyambar pepohonan. Kondisi ini menandakan bahwa hujan lebat akan segera datang.
Itulah yang terjadi di tempat kita. Hujan semakin hari semakin tidak menentu. Saat ini, Indonesia
memasuki musim peralihan menuju kemarau. Namun di beberapa tempat justru masih saja terjadi cuaca
ekstrem yang mengakibatkan bencana alam. Oleh karena itu informasi mengenai kondisi cuaca menjadi sangat penting untuk diketahui. Pernahkah kita
berpikir tentang cara memprakirakan cuaca di sekitar kita? Untuk apa repot-repot membuat prakiraan. Saat
ini saja kita sangat mudah mengetahui kondisi cuaca dari smartphone kita
masing-masing. Namun apakah kita tahu bahwa sebenarnya memprediksi cuaca
di wilayah Indonesia bukanlah hal yang mudah? Kita butuh penelitian dalam
jumlah yang tidak sedikit untuk mengetahui metode manakah yang paling cocok
untuk membuat prakiraan. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki dinamika atmosfer yang sangat rumit.
Sebenarnya ada banyak faktor yang menyebabkan prediksi cuaca di Indonesia
itu sulit. Faktor pertama adalah karena negara kita ini berada di wilayah
equator. Akibatnya, kapanpun dan dimanapun matahari berada, Indonesia tetap
mendapatkan radiasi selama 12 jam. Ketahuilah bahwa sebenarnya
matahari tidaklah selalu berada di atas kita. Matahari mengalami gerak semu
akibat rotasi dan revolusi bumi. Itulah mengapa jika kita perhatikan, matahari terkadang tepat berada di atas, terkadang di utara dan terkadang berada di selatan kita. Apabila daerah di lintang tinggi, maka membuat prakiraan cuaca cenderung lebih sedikit parameter yang harus diperhitungkan karena terkadang matahari hanya bersinar beberapa jam saja, terkadang pula hingga
lebih dari 12 jam.
Faktor lain berkontribusi dalam dinamika atmosfer Indonesia adalah posisi kita yang berada diantara 2
samudera dan 2 benua. Akibatnya, wilayah Indonesia akan memiliki faktor-faktor
global yang bervariasi. Akibat dari posisi Indonesia yang terletak antara benua Asia dan Australia
, maka timbul angin musiman (monsoon), yaitu angin yang menyebabkan musim
di Indonesia menjadi musim hujan dan kemarau. Selain itu Indonesia juga berada
diantara 2 Samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, sehingga terdampak oleh efek global dari El Nino, La Nina dan Dipole Mode.
El Nino dan La Nina merupakan penyimpangan suhu muka laut di Samudera Pasifik. Peristiwa El Nino sangat berperan aktif dalam penurunan tingkat kebasahan udara di Indonesia. Ketika El Nino berlangsung, wilayah Indonesia akan lebih berkurang intensitas hujan yang terjadi. Biasanya peristiwa kebakaran hutan akan meningkat dragtis saat terjadi fenomena ini. Sebaliknya, La Nina memiliki peran aktif dalam menambah pasokan uap air di wilayah Indonesia. Sehingga saat terjadi La Nina, potensi hujan lebat akan meningkat sehingga bencana banjir dan tanah longsor perlu diwaspadai.
Sedangkan untuk Dipole Mode merupakan penyimpangan suhu muka laut di Samudera Hindia. Saat suhu di wilayah Samudera Hindia Barat lebih tinggi daripada Hindia Timur, maka tingkat kebasahan udara di Indonesia akan turun. Sebaliknya, ketika Samudera Hindia Timur memiliki suhu yang lebih hangat, maka uap air dari Samudera Hindia Barat akan bergerak ke timur mendekati Indonesia. Hal itu akan meningkatkan tingkat kebasahan udara di Indonesia sehingga potensi tumbuhnya awan semakin tinggi. Biasanya fenomena Dipole Mode ini lebih berpengaruh di pulau Sumatera karena posisinya yang berdekatan dengan Samudera Hindia.
Selain faktor geografis, penyebab sulitnya memprediksi cuaca di
Indonesia juga disebabkan oleh pola cuaca yang berbeda-beda di setiap lokasi.
Karena pola cuaca berbeda-beda, maka diperlukan suatu penelitian
dalam jumlah dan jangka waktu yang panjang untuk menentukan metode manakah yang cocok
untuk melakukan prediksi cuaca di setiap wilayah. Faktor lainnya adalah akibat
dari relief negara kita yang cukup unik. Begitu banyak gunung-gunung, lembah,
danau, sungai dan teluk di sekitar kita. Uniknya bentuk permukaan tersebut juga
menjadi salah satu faktor lokal yang menyulitkan kita ketika akan memprakirakan
cuaca.
Bagi orang awan yang ingin membuat prakirakan cuaca secara sederhana, langkah pertama yang harus diperhatikan adalah musim apa yang sedang terjadi saat itu. Jika kita sedang
berada di musim penghujan, maka potensi untuk terjadi cuaca buruk lebih besar
daripada ketika kita berada di musim kemarau. Kemudian perhatikan bagaimana
kondisi cuaca dan angin sejak pagi hingga menjelang siang hari. Selanjutnya, perhatikan pula bagaimana kondisi perawanan sejak pagi hingga siang
hari. Amati secara jeli apakah ada perubahan drastis ketika siang menjelang
sore. Apabila terdapat perubahan yang sangat drastis seperti contoh kondisi
perawanan jam 12.00 siang hanya sedikit, kemudian pada jam 13.30 tiba-tiba
langit mendung dan terasa gerah pada badan kita. Maka tanda-tanda semacam itu dapat
mengindikasikan akan terjadinya cuaca buruk ketika sore hingga malam hari.
Namun, kita tidak perlu repot-repot memprakirakan cuaca, informasi tersebut dapat kita peroleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang merupakan instansi resmi pemerintah dalam menyediakan informasi cuaca. Untuk dapat mengakses informasi cuaca tersebut, kita bisa buka di website resmi BMKG yaitu www.bmkg.go.id atau bisa juga download aplikasi android “InfoBMKG” dan follow seluruh akun resmi sosial media BMKG.
“Jangan kau jadikan cuaca dan iklim sebagai anak tirimu, karena kau
sangat membutuhkan mereka”. Himbauan sangat pas untuk masyarakat
akhir-akhir ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita sering mengabaikan informasi
cuaca dan iklim yang diberikan oleh instansi pemerintah terkait. Padahal, saat
ini informasi tersebut sangat mudah diakses melalui smartphone ataupun
media lainnya.
Perkembangan akurasi
dari prakiraan cuaca-iklim juga sudah jauh lebih baik daripada zaman dahulu.
Namun pemanfaatan informasi tersebut masih belum dimaksimalkan oleh masyarakat
secara umum. Kasus sederhana saja misalnya, kita hendak melakukan perjalanan
antarkota menggunakan sepeda motor atau mobil pribadi. Apabila kita mau untuk
peduli terhadap kondisi cuaca, maka kita akan lebih bisa mengantisipasi dan
mempersiapkan perlengkapan sebelum memutuskan untuk berangkat.
Selain itu, fenomena
yang lebih disayangkan lagi adalah mengenai salah satu maskapai penerbangan di
Indonesia pernah mengalami kecelakaan akibat cuaca buruk. Setelah dilakukan
penyelidikan, penerbangan tersebut diduga tidak membawa dokumen informasi
penerbangan (Flight Document) dari Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika. Dokumen tersebut berisi kondisi cuaca di bandara asal, tujuan dan
sepanjang rute penerbangan. Jika kondisi cuaca sepanjang rute penerbangan
berpotensi buruk, maka peluang untuk terjadi kecelakaan sangat tinggi. Tanpa
memiliki informasi mengenai kondisi cuaca, pilot akan kesulitan menentukan rute
mana yang akan dilalui agar seluruh crew pesawat bisa selamat.
Informasi cuaca dan
iklim sebenarnya memiliki banyak sekali manfaat yang belum disadari oleh
masyarakat, stakeholder dan pemerintah daerah. Salah satu contoh yang
bisa kita rasakan sekarang adanya berubahnya pola cuaca dan iklim sehingga
mengakibatkan petani yang gagal panen secara terus-menerus. Pada masa lalu,
petani hanya menggunakan tanda-tanda kearifan lokal untuk menentukan pola tanam
dan jenis tanaman yang akan di tanam. Namun seiring berjalannya waktu, pola
cuaca dan iklim kian berubah semakin tak menentu. Itulah yang menyebabkan hasil
panen masyarakat di Indonesia semakin lama semakin menurun.
Sektor transportasi laut
juga membutuhkan informasi cuaca dan iklim bagi keselamatan perjalanan. Kondisi
cuaca buruk di lautan akan menyebabkan angin beritup sangat kencang sehingga
gelombang yang dihasilkan akan berbahaya bagi para pelaut yang sedang berlayar.
Selain itu, kondisi tersebut juga membahayakan para nelayan yang sedang mencari
ikan di lautan.
Prediksi kondisi cuaca
dan iklim juga akan membantu pemerintah dalam membuat Rancangan Pembangunan
Jangka Panjang dalam pembangunan. Bayangkan saja, jika pemerintah hendak
melakukan pembangunan dalam skala besar dan ternyata saat itu kondisi cuaca
sedang ekstrem terus – menerus, maka pembangunan akan terancam gagal dan
kerugian yang dihasilkan semakin membengkak.
Selain bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari, informasi cuaca dan iklim juga sangat penting untuk
memberikan peringatan dini sebelum terjadi bencana alam yang disebabkan oleh
faktor hidrometeorologis ‘cuaca’. Sekitar 90% dari bencana alam di
Indonesia disebabkan oleh faktor cuaca dan iklim, seperti banjir, tanah
longsor, puting beliung, kebakaran hutan, dan juga kekeringan.
Oleh karena itu, paradigma
tidak pentingnya kondisi cuaca harus diubah. Jangan pernah kita mengabaikan
informasi cuaca yang diberikan karena itu akan menyelamatkan hidup kita.
Teruntuk bagi masyarakat yang melakukan perjalanan jauh baik menggunakan
transportasi darat, laut, maupun udara. Informasi tentang cuaca dan iklim bisa
didapatkan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui
website resmi yaitu www.bmkg.go.id , akun resmi sosial media twitter (@infoBMKG)
dan aplikasi di android yang dapat diunduh dari playstore yaitu “InfoBMKG”.