Balipost, 23 Juni 2016 |
Beberapa hari yang
lalu, pesawat berjenis Airbus A330-200 Etihad Airways dengan nomor penerbangan
EY474 rute Abu Dhabi - Jakarta mengalami turbulensi sekitar 30 menit sebelum
mendarat di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Selang beberapa hari, insiden
turbulensi juga terulang kembali di wilayah Indonesia, namun kali ini terjadi
pada maskapai Hongkong Airways HX-6704 dengan rute Denpasar-Hong Kong. Akibat
dari turbulensi yang dialami pesawat Hongkong Airwyas di sekitar kalimantan,
pesawat tersebut terpaksa harus kembali mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali. Sebenarnya
mengapa turbulensi ini bisa terjadi dan bagaimana dampak dari fenomena ini
terhadap pesawat yang sedang terbang di udara ?
Turbulensi
Pasti diantara
kita banyak yang merasa asing dengan istilah ini. Mungkin bagi beberapa masyarakat
yang sering pergi menggunakan pesawat pernah mengalami peristiwa ini.
Turbulensi pesawat itu sendiri merupakan guncangan yang disebabkan oleh
benturan massa udara dengan kecepatan yang cukup tinggi dari berbagai arah yang
terjadi di kolom udara atmosfer. Jika hal ini terjadi, maka pesawat akan
mengalami guncangan bahkan seperti dihempaskan oleh aliran udara. Kejadian ini
mirip dengan melindas gundukan jalan yang rusak ketika kita mengendarai mobil
di jalanan.
Dalam beberapa
kasus, turbulensi tidaklah berbahaya karena hanya merupakan guncangan biasa
saja. Namun ada suatu keadaan ketika turbulensi yang terjadi sangatlah hebat
hingga mengakibatkan penumpang kesulitan untuk bergerak bahkan jika tidak
mengenakan sabuk pengaman bisa saja penumpang tersebut terhempas ke atap kabin pesawat.
Berdasarkan jenis intensitasnya, turbulensi dibagi menjadi 3 yaitu ringan (light), sedang (moderate) dan kuat (severe).
Turbulensi dengan
intensitas ringah hanya akan berdampak terasa guncangan-guncangan kecil saja.
Ketika penumpang mengenakan sabuk pengaman, maka mereka hanya akan merasakan
sedikit tarikan yang tidak terlalu berarti. Jika ada benda-benda di dalam
pesawat yang diletakkan bebas maka akan bergoyang atau bergeser sedikit. Pada
saat pesawat mengalami turbulensi ini, pilot masih bisa mengontrol ketinggian
dan pergerakan pesawat.
Turbulensi
selanjutnya memiliki intensitas sedang. Sedikit berbeda dengan ringan,
turbulensi ini memiliki dampak yang lebih besar bagi penumpang dan objek benda
di dalam pesawat. Penumpang akan kesulitan untuk bergerak ketika pesawat
mengalami turbulensi intensitas sedang ini. Barang-barang akan mulai terlempar
tidak karuan, dan pilot sedikit kesulitan untuk mengontrol ketinggian serta
arah gerak pesawat.
Turbulensi
terakhir adalah turbulensi kuat (severe
turbulence). Jika pesawat mengalami turbulensi ini, maka penumpang yang
tidak memakai sabuk pengaman akan terhempas ke atap kabin pesawat. Selain itu
barang-barang di dalam kabin pesawat akan berhamburan tidak karuan serta pilot
sudah tidak bisa mengontrol ketinggian dan arah gerak pesawat.
Berdasarkan
beberapa informasi, kejadian turbulensi pada kasus pesawat Airbus A330-200
Etihad Airways dan Hongkong Airways HX-6704 merupakan turbulensi dalam kategori
severe sehingga berdampak sangat
signifikan bagi penumpang dan awak pesawat. Menurut news.detik.com Pesawat Hongkong Airways HX-6704 mengalami
turbulensi yang mengakibatkan 3 korban luka berat dengan lebih 17 penumpang
mengalami luka ringan. Sedangkan pada kasus turbulensi Etihad Airways,
mengakibatkan barang-barang di dalam bagasi kabin terlempar berhamburan.
Sedikitnya 31 penumpang mengalami luka ringan hingga patah tulang dalam
kejadian di ketinggian sekitar 37.000 feet.
Clear Air Turbulance (CAT)
Menurut analisa
BMKG, pesawat Ethad Airways tidak memasuki awan Cumulonibus pada saat pukul
13.00-14.00 WIB di jalur penerbangannya. Jika kejadian ini benar, maka
peristiwa turbulensi ini disebut turbulensi cuaca cerah atau Clear Air
Turbulance (CAT). Biasanya CAT terjadi pada lapisan atas atmosfer (sekitar
30.000-50.000 feet).
Pada umumnya
turbulensi terjadi di sekitar awan CB, sehingga pilot pasti akan terbang
menghindari adanya awan CB tersebut dengan bantuan radar dan satelit cuaca.
Sedangkan turbulensi cuaca cerah (CAT) sangat sulit dideteksi dengan
menggunakan satelit, radar, maupun pemodelan cuaca. Hal ini karena turbulensi
ini terjadi sangat cepat dan tiba-tiba dalam skala yang cukup kecil. Oleh
karena itu kepada pilot maskapai yang mengalami peristiwa ini diharapkan untuk
meningkatkan awarenessnya dan menyampaikan AIREP (Air Report) kejadian CAT dan turbulensi lainnya kepada unit ATS (Air Traffic Service) untuk disampaikan
langsung kepada Kantor Meteorologi setempat.
Faktor Terjadinya Turbulensi
Terdapat beberapa
faktor yang dapat menyebabkan turbulensi pada pesawat. Pada umumnya guncangan
ini terjadi karena massa udara hangat naik secara tiba-tiba atau sebaliknya
massa udara dingin yang tiba-tiba turun. Turbulensi akibat suhu ini dikenal
dengan istilah turbulensi thermis.
Selain itu, turbulensi juga bisa karena arus udara yang sangat kencang yaitu jet stream yang sering terjadi
dikarenakan pergerakan arus udara yang sangat cepat pada lapisan atas dan
berpengaruh terhadap udara di sekelilingnya. Ada juga jenis turbulensi yang
terjadi akibat faktor lokal bumi. Turbulensi ini biasa dikenal dengan istilah
turbulensi mekanis yaitu turbulensi
yang sering terjadi ketika pesawat melewati daerah pegunungan. Hal ini bisa
terjadi karena massa udara yang melewati pegunungan memiliki pola penjalaran
yang bergelombang sehingga terjadi guncangan pada pesawat yang melintasi daerah
tersebut. Dan yang terakhir adalah wake
turbulence. Peristiwa ini biasa terjadi saat pesawat berpapasan atau berdekatan
dengan helikopter atau pesawat lainnya.
Meskipun
turbulensi merupakan peristiwa yang berbahaya bagi penerbangan, fenomena ini
juga termasuk hal yang wajar dan sering terjadi di atmosfer kita. Sehingga kita
tidak perlu terlalu panik akibat adanya turbulensi. Hal yang perlu kita
perhatikan adalah ketika di dalam pesawat, gunakan terus sabuk pengaman hingga
pesawat tersebut landing di bandara
tujuan. Hal ini untuk mengantisipasi adanya turbulensi ketika perjalanan di
dalam pesawat, serta perhatikan bagaimana kondisi cuaca di rute penerbangan
yang akan kita lewati nanti, bisa menggunakan radar cuaca, satelit, maupun
pemodelan cuaca yang disediakan oleh badan Meteorologi setempat.
Oleh Richard
Mahendra Putra
Sangat bagus untuk dibaca
ReplyDeletecasing sosis yang bisa dimakan