Wednesday 19 April 2017

Memahami Dampak Perubahan Iklim

Balipost, 7 Oktober 2016

Perubahan iklim merupakan sebuah bencana besar dan malapetaka bagi umat manusia, hal ini dikarenakan dampak perubahan iklim bagi kehidupan manusia sangat merugikan sekali. Dampak nyata yang akan dirasakan oleh masyarakat antara lain : meningkatnya suhu udara, es di kutub meleleh, kenaikan permukaan air laut, serta kondisi cuaca yang semakin komplek tidak menentu

Pengetahuan tentang ilmu iklim masih sangat minim diketahui oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat mungkin sering membaca di media koran dan internet tentang perubahan iklim, namun mereka sendiri tidaklah paham apa yang dimaksudkan oleh berita tersebut. Hal ini karena kurangnya sosialisasi yang merangkul kepada seluruh kalangan masyarakat yang sebenarnya juga ingin peduli tentang lingkungan yang mereka tempati.  Selain itu, tingkat pengetahuan iklim masih cenderung terbatas karena dampak dari perubahan iklim itu sendiri tidak langsung dirasakan secara instan oleh masyarakat.

Perubahan iklim merupakan kondisi berubahnya pola iklim dari kondisi normalnya sehingga berdampak pada berbagai sektor lingkungan. Perubahan iklim biasanya disebabkan oleh Global Warming, yaitu peristiwa meningkatnya suhu rata-rata di atmosfer bumi.  Jika kita melihat trend kondisi normal, bumi kita ini rata-rata memiliki suhu sekitar 15oC. Namun selama seratus tahun terakhir, para ilmuwan memperkirakan bahwa suhu bumi sudah meningkat jauh yaitu sebesar 1 – 2oC. Bahkan ada yang memprakirakan jika manusia tidak mengubah pola perilaku mereka terhadap lingkungan, maka bumi kita akan mengalami pemanasan hingga 1.4 – 5.8oC pada tahun 2100.

Pemanasan global itu sendiri terjadi akibat dari penumpukan gas rumah kaca di atmosfer bumi kita, sehingga efek rumah kaca akan semakin menguat dan menyebabkan suhu bumi meningkat. Yang dimaksud efek rumah kaca adalah pantulan balik dari energi panas yang seharusnya terlepas ke luar angkasa, namun justru dipantulkan kembali ke permukaan bumi sehingga mengakibatkan suhu bumi meningkat. Peristiwa itu karena gas-gas rumah kaca seperti Karbondioksida (CO2) dan Metana (CH4) menjadi penangkap energi radiasi di atmosfer bumi. Semakin besar kandungan gas rumah kaca di atmosfer, maka semakin besar pula energi yang akan ditangkap kemudian dipantulkan kembali ke permukaan bumi.

Energi yang berasal dari matahari merupakan energi dari gelombang pendek. Saat matahari menyinari bumi, energi tersebut akan ditangkap dan disimpan oleh bumi. Setelah itu permukaan bumi akan mengemisikan energi tersebut dalam bentuk gelombang panjang. Seharusnya energi dari gelombang panjang dapat tembus hingga ke luar angkasa, namun karena adanya gas rumah kaca, maka energi gelombang panjang dari permukaan bumi akan terperangkap di atmosfer dan dipantulkan kembali menuju permukaan bumi. Itulah yang dinamakan efek rumah kaca. Beberapa dampak yang akan ditimbulkan oleh kejadian ini meliputi perubahan habitat flora dan fauna, perubahan pola cuaca dan iklim, kesehatan masyarakat, meningkatnya tinggi permukaan laut, serta akan merusak hasil panen petani di Indonesia.     

Dengan meningkatnya suhu bumi, maka pergeseran secara luas akan terjadi pada tanaman dan binatang. Beberapa spesies yang tidak bisa menyesuaikan dengan kondisi ini akan sulit untuk bertahan di habitatnya sekarang. Oleh karena itu tidak jarang banyak binatang dan tanaman yang mati karena tidak bisa beradaptasi dengan habitatnya saat ini. Selain itu kondisi pemanasan global juga akan mengakibatkan cuaca ekstrem yang lebih sering terjadi sehingga akan menambah kerusakan di lingkungan kita. Pola hujan pun juga akan berubah yang berakibat pada kondisi cuaca yang semakin sulit untuk diprediksi. Untuk wilayah yang sistem drainase nya buruk akan sangat mudah mengalami bencana banjir ketika terjadi hujan ekstrem meskipun hanya berlangsung dalam waktu yang singkat. Sedangkan wilayah yang kekurangan pasokan uap air akan mengalami kekeringan yang berkepanjangan.  

Iklim yang sulit diprediksi akan sangat berdampak pada dunia pertanian. Pengaruh pemanasan global telah menyebabkan pola sebaran curah hujan yang tidak menentu sehingga masa tanam terganggu. Selain itu, kondisi tata ruang, daerah resapan air dan sistem irigasi yang buruk juga akan memicu terjadinya banjir di persawahan yang mengakibatkan gagal panen.

Peningkatan suhu bumi selama bertahun-tahun telah mencairkan sejumlah es di wilayah kutub. Hal ini akan mengakibatkan pertambahan massa air di lautan termasuk di wilayah Indonesia sehingga tinggi muka air laut akan meningkat. Dampak dari peristiwa ini adalah banyak wilayah pantai yang mengalami kebanjiran, erosi, dan hilangnya daratan di pulau –pulau kecil, serta masuknya air laut ke wilayah air tawar. Beberapa wilayah di Indonesia sudah mengalami dampak dari hilangnya pulau-pulau kecil akibat naiknya tinggi muka laut. Berbagai studi yang telah dihimpun oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) menunjukkan bahwa selama ini telah terjadi peningkatan tinggi muka air laut sebesar 1 -2 meter dalam kurun waktu sekitar 100 tahun terakhir. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka negara kita yang memiliki sekitar 13.600 pulau akan mengalami dampak yang cukup serius. Masyarakat dan nelayan yang berdomisili di sekitar garis pantai akan semakin terdesak bahkan kemungkinan kehilangan tempat tinggal serta bangunan infrastruktur yang telah dibangun.

Dalam upaya mitigasi bencana ini, pemerintah telah mengambil beberapa kebijakan seperti penggunaan energi alternatif dalam kehidupan sehari-hari. Energi alternatif ini dinilai aman terhadap atmosfer dan tidak menimbulkan polusi yang berlebihan. Contohnya saja adalah penggunaan bahan bakar gas pada kendaraan bermotor. Saat ini sudah banyak kendaraan transportasi umum yang menggunakan bahan bakar gas saat beroperasi. Selain itu, upaya mitigasi lainnya adalah reboisasi hutan. Tindakan penanaman kembali hutan di Indonesia berguna untuk menyerap emisi gas rumah kaca yang semakin meningkat saat ini.

Masyakarat Indonesia juga perlu tahu tentang pengetahuan perubahan iklim, dampak, dan cara mengatasinya. Intinya adalah kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir pemanasan global di bumi kita dimulai dari diri kita sendiri dengan cara mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, jangan membakar hutan, kurangi penggunaan AC saat tidak diperlukan, dan pegang prinsip dasar 3R (Reuse, Reduce dan Recycle). Reuse berarti menggunakan benda yang bisa digunakan lagi, bukan seperti plastik/styrofoam yang sekali pakai langsung buang. Reduce berarti berhemat dan wajar dalam memakai produk yang merusak lingkungan, dan Recycle berarti mendaur ulang sampah yang masih bisa kita manfaatkan.




Oleh
Richard Mahendra Putra

1 comment: