Monday 17 April 2017

Dinamika Cuaca di Indonesia yang Rumit

Pengamatan Penguapan Air
"Siang ini kok panas sekali ya? Rasanya tidak mungkin hujan akan terjadi". Selang beberapa waktu, awan gelap mulai mendekat dan langit yang damai berubah mencekam. Angin bertiup sangat kencang, gemuruh guntur terjadi bergantian, dan kilat menyambar pepohonan. Kondisi ini menandakan bahwa hujan lebat akan segera datang.  

Itulah yang terjadi di tempat kita. Hujan semakin hari semakin tidak menentu. Saat ini, Indonesia memasuki musim peralihan menuju kemarau. Namun di beberapa tempat justru masih saja terjadi cuaca ekstrem yang mengakibatkan bencana alam. Oleh karena itu informasi mengenai kondisi cuaca menjadi sangat penting untuk diketahui. Pernahkah kita berpikir tentang cara memprakirakan cuaca di sekitar kita? Untuk apa repot-repot membuat prakiraan. Saat ini saja kita sangat mudah mengetahui kondisi cuaca dari smartphone kita masing-masing. Namun apakah kita tahu bahwa sebenarnya memprediksi cuaca di wilayah Indonesia bukanlah hal yang mudah? Kita butuh penelitian dalam jumlah yang tidak sedikit untuk mengetahui metode manakah yang paling cocok untuk membuat prakiraan. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki dinamika atmosfer yang sangat rumit.

Sebenarnya ada banyak faktor yang menyebabkan prediksi cuaca di Indonesia itu sulit. Faktor pertama adalah karena negara kita ini berada di wilayah equator. Akibatnya, kapanpun dan dimanapun matahari berada, Indonesia tetap mendapatkan radiasi selama 12 jam. Ketahuilah bahwa sebenarnya matahari tidaklah selalu berada di atas kita. Matahari mengalami gerak semu akibat rotasi dan revolusi bumi. Itulah mengapa jika kita perhatikan, matahari terkadang tepat berada di atas, terkadang di utara dan terkadang berada di selatan kita. Apabila daerah di lintang tinggi, maka membuat prakiraan cuaca cenderung lebih sedikit parameter yang harus diperhitungkan karena terkadang matahari hanya bersinar beberapa jam saja, terkadang pula hingga lebih dari 12 jam.

Faktor lain berkontribusi dalam dinamika atmosfer Indonesia adalah posisi kita yang berada diantara 2 samudera dan 2 benua. Akibatnya, wilayah Indonesia akan memiliki faktor-faktor global yang bervariasi. Akibat dari posisi Indonesia yang terletak antara benua Asia dan Australia , maka timbul angin musiman (monsoon), yaitu angin yang menyebabkan musim di Indonesia menjadi musim hujan dan kemarau. Selain itu Indonesia juga berada diantara 2 Samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, sehingga terdampak oleh efek global dari El Nino, La Nina dan Dipole Mode.

El Nino dan La Nina merupakan penyimpangan suhu muka laut di Samudera Pasifik. Peristiwa El Nino sangat berperan aktif dalam penurunan tingkat kebasahan udara di Indonesia. Ketika El Nino berlangsung, wilayah Indonesia akan lebih berkurang intensitas hujan yang terjadi. Biasanya peristiwa kebakaran hutan akan meningkat dragtis saat terjadi fenomena ini. Sebaliknya, La Nina memiliki peran aktif dalam menambah pasokan uap air di wilayah Indonesia. Sehingga saat terjadi La Nina, potensi hujan lebat akan meningkat sehingga bencana banjir dan tanah longsor perlu diwaspadai.

Sedangkan untuk Dipole Mode merupakan penyimpangan suhu muka laut di Samudera Hindia. Saat suhu di wilayah Samudera Hindia Barat lebih tinggi daripada Hindia Timur, maka tingkat kebasahan udara di Indonesia akan turun. Sebaliknya, ketika Samudera Hindia Timur memiliki suhu yang lebih hangat, maka uap air dari Samudera Hindia Barat akan bergerak ke timur mendekati Indonesia. Hal itu akan meningkatkan tingkat kebasahan udara di Indonesia sehingga potensi tumbuhnya awan semakin tinggi. Biasanya fenomena Dipole Mode ini lebih berpengaruh di pulau Sumatera karena posisinya yang berdekatan dengan Samudera Hindia.

Selain faktor geografis, penyebab sulitnya memprediksi cuaca di Indonesia juga disebabkan oleh pola cuaca yang berbeda-beda di setiap lokasi. Karena pola cuaca berbeda-beda, maka diperlukan suatu penelitian dalam jumlah dan jangka waktu yang panjang untuk menentukan metode manakah yang cocok untuk melakukan prediksi cuaca di setiap wilayah. Faktor lainnya adalah akibat dari relief negara kita yang cukup unik. Begitu banyak gunung-gunung, lembah, danau, sungai dan teluk di sekitar kita. Uniknya bentuk permukaan tersebut juga menjadi salah satu faktor lokal yang menyulitkan kita ketika akan memprakirakan cuaca.

Bagi orang awan yang ingin membuat prakirakan cuaca secara sederhana, langkah pertama yang harus diperhatikan adalah musim apa yang sedang terjadi saat itu. Jika kita sedang berada di musim penghujan, maka potensi untuk terjadi cuaca buruk lebih besar daripada ketika kita berada di musim kemarau. Kemudian perhatikan bagaimana kondisi cuaca dan angin sejak pagi hingga menjelang siang hari. Selanjutnya, perhatikan pula bagaimana kondisi perawanan sejak pagi hingga siang hari. Amati secara jeli apakah ada perubahan drastis ketika siang menjelang sore. Apabila terdapat perubahan yang sangat drastis seperti contoh kondisi perawanan jam 12.00 siang hanya sedikit, kemudian pada jam 13.30 tiba-tiba langit mendung dan terasa gerah pada badan kita. Maka tanda-tanda semacam itu dapat mengindikasikan akan terjadinya cuaca buruk ketika sore hingga malam hari.

Namun, kita tidak perlu repot-repot memprakirakan cuaca, informasi tersebut dapat kita peroleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang merupakan instansi resmi pemerintah dalam menyediakan informasi cuaca. Untuk dapat mengakses informasi cuaca tersebut, kita bisa buka di website resmi BMKG yaitu www.bmkg.go.id atau bisa juga download aplikasi android “InfoBMKG” dan follow seluruh akun resmi sosial media BMKG.




Oleh Richard Mahendra Putra
BMKG Tuban Jawa Timur

1 comment: