Thursday 20 April 2017

Fenomena Kabut di Pagi Hari

Balipost, 17 Juli 2015

Bagi wilayah di dataran tinggi, kabut tidak hanya terjadi saat pagi hari saja. Terkadang menjelang siang pun jalanan di sekitar pegunungan masih saja diselimuti oleh fenomena ini.

Fenomena kabut terjadi akibat dari inversi suhu. Sebuah kondisi dimana suhu di dekat permukaan bumi lebih dingin daripada suhu di lapisan atasnya. Apabila dalam keadaan normal, suhu udara di atmosfer ini akan menurun seiring dengan bertambahnya ketinggian. Hal ini disebabkan oleh panas yang kita rasakan sebenarnya tidak langsung berasal dari matahari, melainkan dari gelombang panjang yang dipancarkan oleh permukaan bumi ke atmosfer. Oleh karena itu semakin jauh letak suatu tempat dengan permukaan bumi maka suhunya akan menjadi rendah.

Inversi suhu merupakan hal yang biasa terjadi saat pagi hari. Biasanya inversi suhu terjadi ketika siang hari kemarinnya suhu sangat panas, kemudian dimalam harinya suhu turun secara drastis. Akibatnya, sebelum matahari terbit, suhu di permukaan bumi masih saja dalam kondisi dingin. Sedangkan suhu di lapisan atas tetap lebih hangat. Saat kondisi ini terjadi, maka uap air akan terkondensasi di dekat permukaan dan menghasilkan kabut.

Sering kali kita salah presepsi antar kabut dan mist. Mist merupakan fenomena yang mirip dengan kabut. Perbedaanya dari segi jarak pandang yang bisa dicapai dan nilai kelembaban udara. Apabila fenomena mist, maka jarak pandang yang masih lebih dari 1 km dan kelembaban udara antara 95 97 persen. Namun jika kabut, jarak pandang bisa dicapai kurang dari 1 km serta kelembaban udara 98 100 persen.

Ada beberapa dampak negatif dari terjadinya fenomena ini. Salah satunya adalah berkurangnya jarak pandang. Saat kabut tebal terjadi, jarak pandang bisa mencapai 10 meter saja. Hal ini akan sangat membahayakan kegiatan transportasi di darat, laut, maupun udara. Oleh karena itu, perlu kewaspadaan yang lebih saat kita mengendarai kendaraan kita saat terjadi kabut. Sangat penting juga bagi kita untuk menyalakan lampu kendaraan saat terjadi kabut agar dapat mengantisipasi terjadinya tabrakan dengan kendaraan lain saat melintas.


Akhir-akhir ini fenomena kabut sangat sering terjadi di sekitar tempat kita. Hal ini disebabkan oleh suhu yang cenderung sangat dingin dimalam hari dibandingkan pada saat musim hujan. Rendahnya suhu saat malam hari disebakan oleh sedikitnya cangkupan awan yang menutupi langit sehingga panas radiasi yang berasal dari permukaan bumi akan langsung ke atmosfer. Sedangkan saat musim hujan, awan di malam hari akan cenderung banyak sehingga menahan dan memancarkan kembali radiasi gelombang panjang dari permukaan bumi menuju permukaan bumi kembali. Akibatnya suhu di bumi menjadi hangat.

Pahami Cuaca untuk Minimalisir Kecelakaan Udara

Balipost, 2 Juli 2015

Pesawat militer berjenis Hercules jatuh di kota Medan,Sumatera Utara, tepatnya di Jalan Jamin Ginting pada 30 juni 2015. Kejadian ini sekitar pukul 11.50 WIB.

Kecelakaan udara dapat terjadi akibat bebrapa faktor, yaitu faktor teknis maupun nonteknis. Faktor teknis merupakan faktor yang lebih condong ke arah kualitas dari pesawat. Untuk dapat melakukan perjalanan udara, sebuah pesawat harus sudah lolos quality control sehingga layak untuk diterbangkan. Selain itu terdapat juga faktor nonteknis yaitu akibat human error dan kondisi cuaca. Skill dan kebiasaan dari pilot serta awak pesawat sangat dibutuhkan dalam perjalanan udara agar terhindar dari kecelakaan. Sedangkan kondisi cuaca merupakan faktor nonteknis yang tidak bisa dihindari. Namun bisa diminimalisir terjadinya kecelakaan yang diakibatkan oleh kondisi cuaca.

Kondisi cuaca sangat penting untuk mendukung aktivitas transportasi udara saat pesawat lepas landas, mendarat, maupun saat terbang di udara. Contoh sederhana, kondisi angin di sekitar landasan pacu. Sebuah pesawat yang hendak lepas landas maupun mendarat (landing) harus mengetahui arah dan kecepatan angin di landasan pacu. Saat pesawat lepas landas maupun mendarat adalah melawan arah datangnya angin. Apabila pilot tidak mengetahui arah kecepatan angin, maka kemungkinan besar pesawat dapat lepas landas dan mendarat secara tegak lurus dari datangnya angin sehingga mengakibatkan angin silang (crooswind) yang dapat mengganggu keseimbangan pesawat.

Di Indonesia, Lembaga pemerintaha Non. Departemen yang bertugas memberikan informasi cuaca adalah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Informasi cuaca penerbangan yang diberikan berupa data cuaca bandara dalam bentuk QAM, prakiraan cuaca bandara (Aerodrome Forcast), serta dokumen informasi cuaca sepanjang rute penerbangan berupa flight document.

Usnur cuaca yang dilaporkan oleh BMKG meliputi arah dan kecepatan angin, visibility jarak pandang, jumlah cangkupan awan yang menutupi langit serta jenis awan, keadaan cuaca, suhu udara, titik embun, tekanan udara, serta informasi-informasi tambahan seperti perubahan cuaca yang signifikan khususnya untuk keperluan take off dan landing.


Cuaca memang bukan merupakan faktor utama yang menyebabkan kecelakaan dalm transportasi penerbangan. Namun dengan mengetahui kondisi cuaca saat lepas landas, terbang maupun mendarat akan membantu meminimalisir terjadinya kecelakaan udara, sehingga transportasi udara menjadi lebih aman dan nyaman.

Wednesday 19 April 2017

Mengapa Ada Hujan Es di Indonesia

Balipost, 27 Juli 2015

Teringat peristiwa hujan es yang menerjang wilayah Bali tahun 2012. Kejadian tersebut terjadi pada hari Kamis, 16 Desember 2012 sekitar pukul 16.00 WITA. Hujan es dirasakan di wilayah Jalan Gajah Mada Denpasar.

Fenomena hujan es sebenarnya bukan lagi hal yang aneh di negara kita. Kejadian ini sudah sering khususnya pada saat musim peralihan dan musim hujan datang. Meskipun kita berada di sekitar khatulistiwa, bukan berarti kita terbebas dari adanya bongkahan es yang jatuh dari langit.

Dari semua hujan es yang terjadi di Indonesia, semuanya memiliki durasi yang singkat dan intensitas yang ringan. Berbeda di wilayah sekitar lintang tinggi dimana hujan es dapat terjadi dengan durasi yang lebih lama dan intensitas yang tinggi. Jika di kawasan lintang tinggi, bongkahan es yang jatuh dapat mencapai ukuran bola tenis sehingga akan sangat berbahaya bagi masyarakat di wilayah tersebut. Namun di Indonesia, bongkahan es yang jatuh relatif lebih kecil sekitar ukuran kelereng saja. Durasi terjadi hujan es di Indonesia juga hanya beberapa menit. Sehingga fenomena hujan es tidak perlu terlalu dijadikan momok bagi masyarakat Indonesia.

Bongakahan es yang jatuh dari langit berasal dari salah satu awan yang akhir – akhir ini terkenal akibat dari kecelakaan Air Asia QZ8501 pada akhir tahun 2014 lalu, yaitu awan Cumulonimbus. Awan ini merupakan awan jenis konvektif yaitu awan yang menjulang sangat tinggi. Awan ini memiliki puncak mencapai lebih dari 10 km dan suhu dipuncak awan ini sangatlah dingin sehingga memungkinkan adanya bongkahan es yang snagat besar di awan ini.

Di dalam awan Cumulonimbus, terjadi peristiwa golakan angin yang sangat kencang atau sering dengan istilah turbulensi. Akibat dari turbulensi, bongakahan es yang berada di puncak awan akan terhempas hingga ke lapisan bawah. Pada saat bongkahan es itu jatuh, makan akan mengalami gesekan dengan atmosfer sehingga ukuran dari es menjadi kecil ketika mencapai permukaan bumi.

Alasan mengapa hujan es di Indonesia memiliki ukuran yang relatif kecil adalah karena tinggi dasar awan di Indonesia lebih tinggi jika dibandingkan di kawasan lintang tinggi. Di dalam awan Cumulonimbus ada sebuah titik dimana dikenal dengan istilah freezing level. Lokasi tersebut merupakan lokasi dimana es mulai terbentuk. Semakin rendah dasar awan dan freezing level, maka otomatis gesekan bongkahan es dengan atmosfer semakin sedikit sehingga hujan es yang mencapai permukaan bumi akan memiliki ukuran yang cukup besar. Sebaliknya, apabila tinggi dasar awan dan freezing level cukup tinggi, maka bongkahan es akan lebih banyak terkikis akibat dari pergeseran es dengan atmosfer sehingga menyebabkan ukuran hujan es yang terjadi menjadi kecil.


Turbulensi Hantui Dunia Penerbangan

Balipost, 23 Juni 2016
Beberapa hari yang lalu, pesawat berjenis Airbus A330-200 Etihad Airways dengan nomor penerbangan EY474 rute Abu Dhabi - Jakarta mengalami turbulensi sekitar 30 menit sebelum mendarat di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Selang beberapa hari, insiden turbulensi juga terulang kembali di wilayah Indonesia, namun kali ini terjadi pada maskapai Hongkong Airways HX-6704 dengan rute Denpasar-Hong Kong. Akibat dari turbulensi yang dialami pesawat Hongkong Airwyas di sekitar kalimantan, pesawat tersebut terpaksa harus kembali mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali. Sebenarnya mengapa turbulensi ini bisa terjadi dan bagaimana dampak dari fenomena ini terhadap pesawat yang sedang terbang di udara ?

Turbulensi
Pasti diantara kita banyak yang merasa asing dengan istilah ini. Mungkin bagi beberapa masyarakat yang sering pergi menggunakan pesawat pernah mengalami peristiwa ini. Turbulensi pesawat itu sendiri merupakan guncangan yang disebabkan oleh benturan massa udara dengan kecepatan yang cukup tinggi dari berbagai arah yang terjadi di kolom udara atmosfer. Jika hal ini terjadi, maka pesawat akan mengalami guncangan bahkan seperti dihempaskan oleh aliran udara. Kejadian ini mirip dengan melindas gundukan jalan yang rusak ketika kita mengendarai mobil di jalanan.
Dalam beberapa kasus, turbulensi tidaklah berbahaya karena hanya merupakan guncangan biasa saja. Namun ada suatu keadaan ketika turbulensi yang terjadi sangatlah hebat hingga mengakibatkan penumpang kesulitan untuk bergerak bahkan jika tidak mengenakan sabuk pengaman bisa saja penumpang tersebut terhempas ke atap kabin pesawat. Berdasarkan jenis intensitasnya, turbulensi dibagi menjadi 3 yaitu ringan (light), sedang (moderate) dan kuat (severe).

Turbulensi dengan intensitas ringah hanya akan berdampak terasa guncangan-guncangan kecil saja. Ketika penumpang mengenakan sabuk pengaman, maka mereka hanya akan merasakan sedikit tarikan yang tidak terlalu berarti. Jika ada benda-benda di dalam pesawat yang diletakkan bebas maka akan bergoyang atau bergeser sedikit. Pada saat pesawat mengalami turbulensi ini, pilot masih bisa mengontrol ketinggian dan pergerakan pesawat.

Turbulensi selanjutnya memiliki intensitas sedang. Sedikit berbeda dengan ringan, turbulensi ini memiliki dampak yang lebih besar bagi penumpang dan objek benda di dalam pesawat. Penumpang akan kesulitan untuk bergerak ketika pesawat mengalami turbulensi intensitas sedang ini. Barang-barang akan mulai terlempar tidak karuan, dan pilot sedikit kesulitan untuk mengontrol ketinggian serta arah gerak pesawat.

Turbulensi terakhir adalah turbulensi kuat (severe turbulence). Jika pesawat mengalami turbulensi ini, maka penumpang yang tidak memakai sabuk pengaman akan terhempas ke atap kabin pesawat. Selain itu barang-barang di dalam kabin pesawat akan berhamburan tidak karuan serta pilot sudah tidak bisa mengontrol ketinggian dan arah gerak pesawat.

Berdasarkan beberapa informasi, kejadian turbulensi pada kasus pesawat Airbus A330-200 Etihad Airways dan Hongkong Airways HX-6704 merupakan turbulensi dalam kategori severe sehingga berdampak sangat signifikan bagi penumpang dan awak pesawat. Menurut news.detik.com Pesawat Hongkong Airways HX-6704 mengalami turbulensi yang mengakibatkan 3 korban luka berat dengan lebih 17 penumpang mengalami luka ringan. Sedangkan pada kasus turbulensi Etihad Airways, mengakibatkan barang-barang di dalam bagasi kabin terlempar berhamburan. Sedikitnya 31 penumpang mengalami luka ringan hingga patah tulang dalam kejadian di ketinggian sekitar 37.000 feet.

Clear Air Turbulance (CAT)
Menurut analisa BMKG, pesawat Ethad Airways tidak memasuki awan Cumulonibus pada saat pukul 13.00-14.00 WIB di jalur penerbangannya. Jika kejadian ini benar, maka peristiwa turbulensi ini disebut turbulensi cuaca cerah atau Clear Air Turbulance (CAT). Biasanya CAT terjadi pada lapisan atas atmosfer (sekitar 30.000-50.000 feet).

Pada umumnya turbulensi terjadi di sekitar awan CB, sehingga pilot pasti akan terbang menghindari adanya awan CB tersebut dengan bantuan radar dan satelit cuaca. Sedangkan turbulensi cuaca cerah (CAT) sangat sulit dideteksi dengan menggunakan satelit, radar, maupun pemodelan cuaca. Hal ini karena turbulensi ini terjadi sangat cepat dan tiba-tiba dalam skala yang cukup kecil. Oleh karena itu kepada pilot maskapai yang mengalami peristiwa ini diharapkan untuk meningkatkan awarenessnya dan menyampaikan AIREP (Air Report) kejadian CAT dan turbulensi lainnya kepada unit ATS (Air Traffic Service) untuk disampaikan langsung kepada Kantor Meteorologi setempat.

Faktor Terjadinya Turbulensi
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan turbulensi pada pesawat. Pada umumnya guncangan ini terjadi karena massa udara hangat naik secara tiba-tiba atau sebaliknya massa udara dingin yang tiba-tiba turun. Turbulensi akibat suhu ini dikenal dengan istilah turbulensi thermis. Selain itu, turbulensi juga bisa karena arus udara yang sangat kencang yaitu jet stream yang sering terjadi dikarenakan pergerakan arus udara yang sangat cepat pada lapisan atas dan berpengaruh terhadap udara di sekelilingnya. Ada juga jenis turbulensi yang terjadi akibat faktor lokal bumi. Turbulensi ini biasa dikenal dengan istilah turbulensi mekanis yaitu turbulensi yang sering terjadi ketika pesawat melewati daerah pegunungan. Hal ini bisa terjadi karena massa udara yang melewati pegunungan memiliki pola penjalaran yang bergelombang sehingga terjadi guncangan pada pesawat yang melintasi daerah tersebut. Dan yang terakhir adalah wake turbulence. Peristiwa ini biasa terjadi saat pesawat berpapasan atau berdekatan dengan helikopter atau pesawat lainnya.

Meskipun turbulensi merupakan peristiwa yang berbahaya bagi penerbangan, fenomena ini juga termasuk hal yang wajar dan sering terjadi di atmosfer kita. Sehingga kita tidak perlu terlalu panik akibat adanya turbulensi. Hal yang perlu kita perhatikan adalah ketika di dalam pesawat, gunakan terus sabuk pengaman hingga pesawat tersebut landing di bandara tujuan. Hal ini untuk mengantisipasi adanya turbulensi ketika perjalanan di dalam pesawat, serta perhatikan bagaimana kondisi cuaca di rute penerbangan yang akan kita lewati nanti, bisa menggunakan radar cuaca, satelit, maupun pemodelan cuaca yang disediakan oleh badan Meteorologi setempat.




Oleh Richard Mahendra Putra 

Memahami Dampak Perubahan Iklim

Balipost, 7 Oktober 2016

Perubahan iklim merupakan sebuah bencana besar dan malapetaka bagi umat manusia, hal ini dikarenakan dampak perubahan iklim bagi kehidupan manusia sangat merugikan sekali. Dampak nyata yang akan dirasakan oleh masyarakat antara lain : meningkatnya suhu udara, es di kutub meleleh, kenaikan permukaan air laut, serta kondisi cuaca yang semakin komplek tidak menentu

Pengetahuan tentang ilmu iklim masih sangat minim diketahui oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat mungkin sering membaca di media koran dan internet tentang perubahan iklim, namun mereka sendiri tidaklah paham apa yang dimaksudkan oleh berita tersebut. Hal ini karena kurangnya sosialisasi yang merangkul kepada seluruh kalangan masyarakat yang sebenarnya juga ingin peduli tentang lingkungan yang mereka tempati.  Selain itu, tingkat pengetahuan iklim masih cenderung terbatas karena dampak dari perubahan iklim itu sendiri tidak langsung dirasakan secara instan oleh masyarakat.

Perubahan iklim merupakan kondisi berubahnya pola iklim dari kondisi normalnya sehingga berdampak pada berbagai sektor lingkungan. Perubahan iklim biasanya disebabkan oleh Global Warming, yaitu peristiwa meningkatnya suhu rata-rata di atmosfer bumi.  Jika kita melihat trend kondisi normal, bumi kita ini rata-rata memiliki suhu sekitar 15oC. Namun selama seratus tahun terakhir, para ilmuwan memperkirakan bahwa suhu bumi sudah meningkat jauh yaitu sebesar 1 – 2oC. Bahkan ada yang memprakirakan jika manusia tidak mengubah pola perilaku mereka terhadap lingkungan, maka bumi kita akan mengalami pemanasan hingga 1.4 – 5.8oC pada tahun 2100.

Pemanasan global itu sendiri terjadi akibat dari penumpukan gas rumah kaca di atmosfer bumi kita, sehingga efek rumah kaca akan semakin menguat dan menyebabkan suhu bumi meningkat. Yang dimaksud efek rumah kaca adalah pantulan balik dari energi panas yang seharusnya terlepas ke luar angkasa, namun justru dipantulkan kembali ke permukaan bumi sehingga mengakibatkan suhu bumi meningkat. Peristiwa itu karena gas-gas rumah kaca seperti Karbondioksida (CO2) dan Metana (CH4) menjadi penangkap energi radiasi di atmosfer bumi. Semakin besar kandungan gas rumah kaca di atmosfer, maka semakin besar pula energi yang akan ditangkap kemudian dipantulkan kembali ke permukaan bumi.

Energi yang berasal dari matahari merupakan energi dari gelombang pendek. Saat matahari menyinari bumi, energi tersebut akan ditangkap dan disimpan oleh bumi. Setelah itu permukaan bumi akan mengemisikan energi tersebut dalam bentuk gelombang panjang. Seharusnya energi dari gelombang panjang dapat tembus hingga ke luar angkasa, namun karena adanya gas rumah kaca, maka energi gelombang panjang dari permukaan bumi akan terperangkap di atmosfer dan dipantulkan kembali menuju permukaan bumi. Itulah yang dinamakan efek rumah kaca. Beberapa dampak yang akan ditimbulkan oleh kejadian ini meliputi perubahan habitat flora dan fauna, perubahan pola cuaca dan iklim, kesehatan masyarakat, meningkatnya tinggi permukaan laut, serta akan merusak hasil panen petani di Indonesia.     

Dengan meningkatnya suhu bumi, maka pergeseran secara luas akan terjadi pada tanaman dan binatang. Beberapa spesies yang tidak bisa menyesuaikan dengan kondisi ini akan sulit untuk bertahan di habitatnya sekarang. Oleh karena itu tidak jarang banyak binatang dan tanaman yang mati karena tidak bisa beradaptasi dengan habitatnya saat ini. Selain itu kondisi pemanasan global juga akan mengakibatkan cuaca ekstrem yang lebih sering terjadi sehingga akan menambah kerusakan di lingkungan kita. Pola hujan pun juga akan berubah yang berakibat pada kondisi cuaca yang semakin sulit untuk diprediksi. Untuk wilayah yang sistem drainase nya buruk akan sangat mudah mengalami bencana banjir ketika terjadi hujan ekstrem meskipun hanya berlangsung dalam waktu yang singkat. Sedangkan wilayah yang kekurangan pasokan uap air akan mengalami kekeringan yang berkepanjangan.  

Iklim yang sulit diprediksi akan sangat berdampak pada dunia pertanian. Pengaruh pemanasan global telah menyebabkan pola sebaran curah hujan yang tidak menentu sehingga masa tanam terganggu. Selain itu, kondisi tata ruang, daerah resapan air dan sistem irigasi yang buruk juga akan memicu terjadinya banjir di persawahan yang mengakibatkan gagal panen.

Peningkatan suhu bumi selama bertahun-tahun telah mencairkan sejumlah es di wilayah kutub. Hal ini akan mengakibatkan pertambahan massa air di lautan termasuk di wilayah Indonesia sehingga tinggi muka air laut akan meningkat. Dampak dari peristiwa ini adalah banyak wilayah pantai yang mengalami kebanjiran, erosi, dan hilangnya daratan di pulau –pulau kecil, serta masuknya air laut ke wilayah air tawar. Beberapa wilayah di Indonesia sudah mengalami dampak dari hilangnya pulau-pulau kecil akibat naiknya tinggi muka laut. Berbagai studi yang telah dihimpun oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) menunjukkan bahwa selama ini telah terjadi peningkatan tinggi muka air laut sebesar 1 -2 meter dalam kurun waktu sekitar 100 tahun terakhir. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka negara kita yang memiliki sekitar 13.600 pulau akan mengalami dampak yang cukup serius. Masyarakat dan nelayan yang berdomisili di sekitar garis pantai akan semakin terdesak bahkan kemungkinan kehilangan tempat tinggal serta bangunan infrastruktur yang telah dibangun.

Dalam upaya mitigasi bencana ini, pemerintah telah mengambil beberapa kebijakan seperti penggunaan energi alternatif dalam kehidupan sehari-hari. Energi alternatif ini dinilai aman terhadap atmosfer dan tidak menimbulkan polusi yang berlebihan. Contohnya saja adalah penggunaan bahan bakar gas pada kendaraan bermotor. Saat ini sudah banyak kendaraan transportasi umum yang menggunakan bahan bakar gas saat beroperasi. Selain itu, upaya mitigasi lainnya adalah reboisasi hutan. Tindakan penanaman kembali hutan di Indonesia berguna untuk menyerap emisi gas rumah kaca yang semakin meningkat saat ini.

Masyakarat Indonesia juga perlu tahu tentang pengetahuan perubahan iklim, dampak, dan cara mengatasinya. Intinya adalah kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir pemanasan global di bumi kita dimulai dari diri kita sendiri dengan cara mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, jangan membakar hutan, kurangi penggunaan AC saat tidak diperlukan, dan pegang prinsip dasar 3R (Reuse, Reduce dan Recycle). Reuse berarti menggunakan benda yang bisa digunakan lagi, bukan seperti plastik/styrofoam yang sekali pakai langsung buang. Reduce berarti berhemat dan wajar dalam memakai produk yang merusak lingkungan, dan Recycle berarti mendaur ulang sampah yang masih bisa kita manfaatkan.




Oleh
Richard Mahendra Putra

Indonesia sebagai Supermarket Bencana


Tak bisa dipungkiri bahwa begitu banyak bencana alam yang silih berganti melanda negeri ini. Bencana yang kerap melanda tak mungkin dapat kita cegah, namun kita sebagai masyarakat hendaknya senantiasa waspada akan segala kemungkinan bencana yang mungkin terjadi. Disamping kerugian dari segi materi, kerugian dari segi fisik, jiwa dan psikis juga pasti dialami oleh masyarakat yang terkena dampak bencana alam.

Dimulai dari bencana alam yang sangat populer terjadi di Indonesia. Bencana ini bisa terjadi kapan saja dan dimana saja tanpa mengenal musim, waktu dan belum bisa diprediksi kapan akan terjadi. Bencana ini adalah gempa bumi. Gempa bumi terjadi akibat pergerakan relatif antar lempeng tektonik di Indonesia dan aktivitas sesar-sesar regional maupun lokal. Dalam satu tahun, rata-rata terjadi ribuan gempa, namun tidak semua gempa tersebut akan dirasakan masyarakat karena kekuatannya yang kecil sehingga gempa-gempa tersebut hanya terdeteksi oleh alat yakni Seismograph. Sedangkan gempa yang dirasakan masyarakat biasanya memiliki kekuatan kekuatan diatas 5,5 SR dirasakan rata-rata per tahun sekitar 70 – 100 kali dan gempa yang menimbulkan kerusakan antara 1 – 2 kali per tahun. Alasan mengapa Indonesia merupakan daerah yang sangat rawan terhadap gempa bumi adalah karena Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia yakni lempeng India – Australia di sebelah selatan, Samudera Pasifik di sebelah Timur dan lempeng Eurasia.

Selain gempa bumi, Indonesia juga merupakan daerah yang rawan dengan terjadinya Tsunami. Tsunami dapat terjadi akibat berbagai faktor, yaitu gempa bumi di dasar laut, meletusnya gunung api di laut, ataupun jatuhan meteor. Mengingat kembali bahwa Indonesia merupakan daerah yang rawan gempa bumi, maka peristiwa Tsunami juga tidak bisa dihindarkan. Namun perlu kita ketahui bahwa tidak semua gempa itu akan mengakibatkan Tsunami. Ada beberapa aspek yang harus dipenuhi agar suatu gempa dapat menghasilkan tsunami, diantaranya gempa harus berada di dasar laut, kedalaman gempa harus dangkal (kurang dari 30km), memiliki kekuatan lebih dari 6.0 SR, jenis pergeseran gempa adalah sesar vertikal (naik ataupun turun).

Bencana lain yang setiap tahun pasti melanda negeri ini adalah bencana akibat faktor hidrometeorologis. Bencana jenis ini disebabkan oleh faktor cuaca. Salah satu bencana hidrometeorologi yang kerap terjadi di negeri kita adalah banjir. Tak hanya melanda Jakarta saja, banjir juga dapat terjadi di seluruh wilayah di Indonesia. Banjir biasanya terjadi akibat dari hujan lebat yang terjadi dalam waktu yang singkat. Hujan ini berasal dari awan konvektif yaitu Cumulonimbus. Dimana awan ini merupakan awan yang menjulang tinggi yang dapat menghasilkan hujan lebat disertai petir dan angin kencang. Selain akibat hujan, banjir juga dapat terjadi karena faktor sistem drainase yang kurang baik. Untuk itu, perlunya perbaikan sistem drainase di kawasan rawan banjir untuk dapat mengantisipasi terjadinya banjir pada saat musim hujan tiba. Disamping itu, kesadaran masyarakat juga sangat diperlukan untuk dapat menjaga kondisi lingkungan dengan cara tidak membuang sampah di sungai, selokan, dan pada lokasi air mengalir lainnya agar air hujan tidak terhambat di suatu lokasi sehingga menyebabkan banjir.    






Oleh Richard Mahendra Putra

Monday 17 April 2017

Dinamika Cuaca di Indonesia yang Rumit

Pengamatan Penguapan Air
"Siang ini kok panas sekali ya? Rasanya tidak mungkin hujan akan terjadi". Selang beberapa waktu, awan gelap mulai mendekat dan langit yang damai berubah mencekam. Angin bertiup sangat kencang, gemuruh guntur terjadi bergantian, dan kilat menyambar pepohonan. Kondisi ini menandakan bahwa hujan lebat akan segera datang.  

Itulah yang terjadi di tempat kita. Hujan semakin hari semakin tidak menentu. Saat ini, Indonesia memasuki musim peralihan menuju kemarau. Namun di beberapa tempat justru masih saja terjadi cuaca ekstrem yang mengakibatkan bencana alam. Oleh karena itu informasi mengenai kondisi cuaca menjadi sangat penting untuk diketahui. Pernahkah kita berpikir tentang cara memprakirakan cuaca di sekitar kita? Untuk apa repot-repot membuat prakiraan. Saat ini saja kita sangat mudah mengetahui kondisi cuaca dari smartphone kita masing-masing. Namun apakah kita tahu bahwa sebenarnya memprediksi cuaca di wilayah Indonesia bukanlah hal yang mudah? Kita butuh penelitian dalam jumlah yang tidak sedikit untuk mengetahui metode manakah yang paling cocok untuk membuat prakiraan. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki dinamika atmosfer yang sangat rumit.

Sebenarnya ada banyak faktor yang menyebabkan prediksi cuaca di Indonesia itu sulit. Faktor pertama adalah karena negara kita ini berada di wilayah equator. Akibatnya, kapanpun dan dimanapun matahari berada, Indonesia tetap mendapatkan radiasi selama 12 jam. Ketahuilah bahwa sebenarnya matahari tidaklah selalu berada di atas kita. Matahari mengalami gerak semu akibat rotasi dan revolusi bumi. Itulah mengapa jika kita perhatikan, matahari terkadang tepat berada di atas, terkadang di utara dan terkadang berada di selatan kita. Apabila daerah di lintang tinggi, maka membuat prakiraan cuaca cenderung lebih sedikit parameter yang harus diperhitungkan karena terkadang matahari hanya bersinar beberapa jam saja, terkadang pula hingga lebih dari 12 jam.

Faktor lain berkontribusi dalam dinamika atmosfer Indonesia adalah posisi kita yang berada diantara 2 samudera dan 2 benua. Akibatnya, wilayah Indonesia akan memiliki faktor-faktor global yang bervariasi. Akibat dari posisi Indonesia yang terletak antara benua Asia dan Australia , maka timbul angin musiman (monsoon), yaitu angin yang menyebabkan musim di Indonesia menjadi musim hujan dan kemarau. Selain itu Indonesia juga berada diantara 2 Samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, sehingga terdampak oleh efek global dari El Nino, La Nina dan Dipole Mode.

El Nino dan La Nina merupakan penyimpangan suhu muka laut di Samudera Pasifik. Peristiwa El Nino sangat berperan aktif dalam penurunan tingkat kebasahan udara di Indonesia. Ketika El Nino berlangsung, wilayah Indonesia akan lebih berkurang intensitas hujan yang terjadi. Biasanya peristiwa kebakaran hutan akan meningkat dragtis saat terjadi fenomena ini. Sebaliknya, La Nina memiliki peran aktif dalam menambah pasokan uap air di wilayah Indonesia. Sehingga saat terjadi La Nina, potensi hujan lebat akan meningkat sehingga bencana banjir dan tanah longsor perlu diwaspadai.

Sedangkan untuk Dipole Mode merupakan penyimpangan suhu muka laut di Samudera Hindia. Saat suhu di wilayah Samudera Hindia Barat lebih tinggi daripada Hindia Timur, maka tingkat kebasahan udara di Indonesia akan turun. Sebaliknya, ketika Samudera Hindia Timur memiliki suhu yang lebih hangat, maka uap air dari Samudera Hindia Barat akan bergerak ke timur mendekati Indonesia. Hal itu akan meningkatkan tingkat kebasahan udara di Indonesia sehingga potensi tumbuhnya awan semakin tinggi. Biasanya fenomena Dipole Mode ini lebih berpengaruh di pulau Sumatera karena posisinya yang berdekatan dengan Samudera Hindia.

Selain faktor geografis, penyebab sulitnya memprediksi cuaca di Indonesia juga disebabkan oleh pola cuaca yang berbeda-beda di setiap lokasi. Karena pola cuaca berbeda-beda, maka diperlukan suatu penelitian dalam jumlah dan jangka waktu yang panjang untuk menentukan metode manakah yang cocok untuk melakukan prediksi cuaca di setiap wilayah. Faktor lainnya adalah akibat dari relief negara kita yang cukup unik. Begitu banyak gunung-gunung, lembah, danau, sungai dan teluk di sekitar kita. Uniknya bentuk permukaan tersebut juga menjadi salah satu faktor lokal yang menyulitkan kita ketika akan memprakirakan cuaca.

Bagi orang awan yang ingin membuat prakirakan cuaca secara sederhana, langkah pertama yang harus diperhatikan adalah musim apa yang sedang terjadi saat itu. Jika kita sedang berada di musim penghujan, maka potensi untuk terjadi cuaca buruk lebih besar daripada ketika kita berada di musim kemarau. Kemudian perhatikan bagaimana kondisi cuaca dan angin sejak pagi hingga menjelang siang hari. Selanjutnya, perhatikan pula bagaimana kondisi perawanan sejak pagi hingga siang hari. Amati secara jeli apakah ada perubahan drastis ketika siang menjelang sore. Apabila terdapat perubahan yang sangat drastis seperti contoh kondisi perawanan jam 12.00 siang hanya sedikit, kemudian pada jam 13.30 tiba-tiba langit mendung dan terasa gerah pada badan kita. Maka tanda-tanda semacam itu dapat mengindikasikan akan terjadinya cuaca buruk ketika sore hingga malam hari.

Namun, kita tidak perlu repot-repot memprakirakan cuaca, informasi tersebut dapat kita peroleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang merupakan instansi resmi pemerintah dalam menyediakan informasi cuaca. Untuk dapat mengakses informasi cuaca tersebut, kita bisa buka di website resmi BMKG yaitu www.bmkg.go.id atau bisa juga download aplikasi android “InfoBMKG” dan follow seluruh akun resmi sosial media BMKG.




Oleh Richard Mahendra Putra
BMKG Tuban Jawa Timur

Cuaca dan Iklim yang Sering Diabaikan

Pengamatan Suhu Tahan

Jangan kau jadikan cuaca dan iklim sebagai anak tirimu, karena kau sangat membutuhkan mereka”. Himbauan sangat pas untuk masyarakat akhir-akhir ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita sering mengabaikan informasi cuaca dan iklim yang diberikan oleh instansi pemerintah terkait. Padahal, saat ini informasi tersebut sangat mudah diakses melalui smartphone ataupun media lainnya.

Perkembangan akurasi dari prakiraan cuaca-iklim juga sudah jauh lebih baik daripada zaman dahulu. Namun pemanfaatan informasi tersebut masih belum dimaksimalkan oleh masyarakat secara umum. Kasus sederhana saja misalnya, kita hendak melakukan perjalanan antarkota menggunakan sepeda motor atau mobil pribadi. Apabila kita mau untuk peduli terhadap kondisi cuaca, maka kita akan lebih bisa mengantisipasi dan mempersiapkan perlengkapan sebelum memutuskan untuk berangkat.

Selain itu, fenomena yang lebih disayangkan lagi adalah mengenai salah satu maskapai penerbangan di Indonesia pernah mengalami kecelakaan akibat cuaca buruk. Setelah dilakukan penyelidikan, penerbangan tersebut diduga tidak membawa dokumen informasi penerbangan (Flight Document) dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Dokumen tersebut berisi kondisi cuaca di bandara asal, tujuan dan sepanjang rute penerbangan. Jika kondisi cuaca sepanjang rute penerbangan berpotensi buruk, maka peluang untuk terjadi kecelakaan sangat tinggi. Tanpa memiliki informasi mengenai kondisi cuaca, pilot akan kesulitan menentukan rute mana yang akan dilalui agar seluruh crew pesawat bisa selamat.

Informasi cuaca dan iklim sebenarnya memiliki banyak sekali manfaat yang belum disadari oleh masyarakat, stakeholder dan pemerintah daerah. Salah satu contoh yang bisa kita rasakan sekarang adanya berubahnya pola cuaca dan iklim sehingga mengakibatkan petani yang gagal panen secara terus-menerus. Pada masa lalu, petani hanya menggunakan tanda-tanda kearifan lokal untuk menentukan pola tanam dan jenis tanaman yang akan di tanam. Namun seiring berjalannya waktu, pola cuaca dan iklim kian berubah semakin tak menentu. Itulah yang menyebabkan hasil panen masyarakat di Indonesia semakin lama semakin menurun.

Sektor transportasi laut juga membutuhkan informasi cuaca dan iklim bagi keselamatan perjalanan. Kondisi cuaca buruk di lautan akan menyebabkan angin beritup sangat kencang sehingga gelombang yang dihasilkan akan berbahaya bagi para pelaut yang sedang berlayar. Selain itu, kondisi tersebut juga membahayakan para nelayan yang sedang mencari ikan di lautan.

Prediksi kondisi cuaca dan iklim juga akan membantu pemerintah dalam membuat Rancangan Pembangunan Jangka Panjang dalam pembangunan. Bayangkan saja, jika pemerintah hendak melakukan pembangunan dalam skala besar dan ternyata saat itu kondisi cuaca sedang ekstrem terus – menerus, maka pembangunan akan terancam gagal dan kerugian yang dihasilkan semakin membengkak.

Selain bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, informasi cuaca dan iklim juga sangat penting untuk memberikan peringatan dini sebelum terjadi bencana alam yang disebabkan oleh faktor hidrometeorologis ‘cuaca’. Sekitar 90% dari bencana alam di Indonesia disebabkan oleh faktor cuaca dan iklim, seperti banjir, tanah longsor, puting beliung, kebakaran hutan, dan juga kekeringan.
           
Oleh karena itu, paradigma tidak pentingnya kondisi cuaca harus diubah. Jangan pernah kita mengabaikan informasi cuaca yang diberikan karena itu akan menyelamatkan hidup kita. Teruntuk bagi masyarakat yang melakukan perjalanan jauh baik menggunakan transportasi darat, laut, maupun udara. Informasi tentang cuaca dan iklim bisa didapatkan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui website resmi yaitu www.bmkg.go.id , akun resmi sosial media twitter (@infoBMKG) dan aplikasi di android yang dapat diunduh dari playstore yaitu “InfoBMKG”.

Oleh

Richard Mahendra Putra