Balipost, 7 Oktober 2016 |
Perubahan
iklim merupakan sebuah bencana besar dan malapetaka bagi umat manusia, hal ini
dikarenakan dampak perubahan iklim bagi kehidupan manusia sangat merugikan
sekali.
Dampak nyata yang akan dirasakan oleh masyarakat antara lain : meningkatnya
suhu udara, es di kutub meleleh, kenaikan permukaan air laut, serta kondisi
cuaca yang semakin komplek tidak menentu
Pengetahuan tentang ilmu
iklim masih sangat minim diketahui oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat
mungkin sering membaca di media koran dan internet tentang perubahan iklim,
namun mereka sendiri tidaklah paham apa yang dimaksudkan oleh berita tersebut.
Hal ini karena kurangnya sosialisasi yang merangkul kepada seluruh kalangan
masyarakat yang sebenarnya juga ingin peduli tentang lingkungan yang mereka
tempati. Selain itu, tingkat pengetahuan
iklim masih cenderung terbatas karena dampak dari perubahan iklim itu sendiri
tidak langsung dirasakan secara instan oleh masyarakat.
Perubahan iklim merupakan
kondisi berubahnya pola iklim dari kondisi normalnya sehingga berdampak pada berbagai
sektor lingkungan. Perubahan iklim biasanya disebabkan oleh Global Warming, yaitu peristiwa
meningkatnya suhu rata-rata di atmosfer bumi. Jika kita melihat trend kondisi normal, bumi kita
ini rata-rata memiliki suhu sekitar 15oC. Namun selama seratus tahun
terakhir, para ilmuwan memperkirakan bahwa suhu bumi sudah meningkat jauh yaitu
sebesar 1 – 2oC. Bahkan ada yang memprakirakan jika manusia tidak
mengubah pola perilaku mereka terhadap lingkungan, maka bumi kita akan
mengalami pemanasan hingga 1.4 – 5.8oC pada tahun 2100.
Pemanasan global itu sendiri
terjadi akibat dari penumpukan gas rumah kaca di atmosfer bumi kita, sehingga
efek rumah kaca akan semakin menguat dan menyebabkan suhu bumi meningkat. Yang
dimaksud efek rumah kaca adalah pantulan balik dari energi panas yang
seharusnya terlepas ke luar angkasa, namun justru dipantulkan kembali ke
permukaan bumi sehingga mengakibatkan suhu bumi meningkat. Peristiwa itu karena
gas-gas rumah kaca seperti Karbondioksida (CO2) dan Metana (CH4)
menjadi penangkap energi radiasi di atmosfer bumi. Semakin besar kandungan gas
rumah kaca di atmosfer, maka semakin besar pula energi yang akan ditangkap
kemudian dipantulkan kembali ke permukaan bumi.
Energi yang berasal dari
matahari merupakan energi dari gelombang pendek. Saat matahari menyinari bumi,
energi tersebut akan ditangkap dan disimpan oleh bumi. Setelah itu permukaan
bumi akan mengemisikan energi tersebut dalam bentuk gelombang panjang. Seharusnya
energi dari gelombang panjang dapat tembus hingga ke luar angkasa, namun karena
adanya gas rumah kaca, maka energi gelombang panjang dari permukaan bumi akan
terperangkap di atmosfer dan dipantulkan kembali menuju permukaan bumi. Itulah
yang dinamakan efek rumah kaca. Beberapa dampak yang akan ditimbulkan oleh
kejadian ini meliputi perubahan habitat flora dan fauna, perubahan pola cuaca
dan iklim, kesehatan masyarakat, meningkatnya tinggi permukaan laut, serta akan
merusak hasil panen petani di Indonesia.
Dengan meningkatnya suhu
bumi, maka pergeseran secara luas akan terjadi pada tanaman dan binatang.
Beberapa spesies yang tidak bisa menyesuaikan dengan kondisi ini akan sulit
untuk bertahan di habitatnya sekarang. Oleh karena itu tidak jarang banyak
binatang dan tanaman yang mati karena tidak bisa beradaptasi dengan habitatnya
saat ini. Selain itu kondisi pemanasan global juga akan mengakibatkan cuaca
ekstrem yang lebih sering terjadi sehingga akan menambah kerusakan di
lingkungan kita. Pola hujan pun juga akan berubah yang berakibat pada kondisi cuaca
yang semakin sulit untuk diprediksi. Untuk wilayah yang sistem drainase nya
buruk akan sangat mudah mengalami bencana banjir ketika terjadi hujan ekstrem
meskipun hanya berlangsung dalam waktu yang singkat. Sedangkan wilayah yang
kekurangan pasokan uap air akan mengalami kekeringan yang berkepanjangan.
Iklim yang sulit diprediksi
akan sangat berdampak pada dunia pertanian. Pengaruh pemanasan global telah
menyebabkan pola sebaran curah hujan yang tidak menentu sehingga masa tanam
terganggu. Selain itu, kondisi tata ruang, daerah resapan air dan sistem
irigasi yang buruk juga akan memicu terjadinya banjir di persawahan yang
mengakibatkan gagal panen.
Peningkatan suhu bumi selama
bertahun-tahun telah mencairkan sejumlah es di wilayah kutub. Hal ini akan
mengakibatkan pertambahan massa air di lautan termasuk di wilayah Indonesia
sehingga tinggi muka air laut akan meningkat. Dampak dari peristiwa ini adalah
banyak wilayah pantai yang mengalami kebanjiran, erosi, dan hilangnya daratan
di pulau –pulau kecil, serta masuknya air laut ke wilayah air tawar. Beberapa
wilayah di Indonesia sudah mengalami dampak dari hilangnya pulau-pulau kecil
akibat naiknya tinggi muka laut. Berbagai studi yang telah dihimpun oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change)
menunjukkan bahwa selama ini telah terjadi peningkatan tinggi muka air laut
sebesar 1 -2 meter dalam kurun waktu sekitar 100 tahun terakhir. Jika kondisi
ini terus berlanjut, maka negara kita yang memiliki sekitar 13.600 pulau akan
mengalami dampak yang cukup serius. Masyarakat dan nelayan yang berdomisili di
sekitar garis pantai akan semakin terdesak bahkan kemungkinan kehilangan tempat
tinggal serta bangunan infrastruktur yang telah dibangun.
Dalam upaya mitigasi bencana
ini, pemerintah telah mengambil beberapa kebijakan seperti penggunaan energi
alternatif dalam kehidupan sehari-hari. Energi alternatif ini dinilai aman
terhadap atmosfer dan tidak menimbulkan polusi yang berlebihan. Contohnya saja
adalah penggunaan bahan bakar gas pada kendaraan bermotor. Saat ini sudah
banyak kendaraan transportasi umum yang menggunakan bahan bakar gas saat beroperasi.
Selain itu, upaya mitigasi lainnya adalah reboisasi hutan. Tindakan penanaman
kembali hutan di Indonesia berguna untuk menyerap emisi gas rumah kaca yang semakin
meningkat saat ini.
Masyakarat Indonesia juga
perlu tahu tentang pengetahuan perubahan iklim, dampak, dan cara mengatasinya.
Intinya adalah kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir
pemanasan global di bumi kita dimulai dari diri kita sendiri dengan cara
mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, jangan membakar hutan, kurangi
penggunaan AC saat tidak diperlukan, dan pegang prinsip dasar 3R (Reuse, Reduce
dan Recycle). Reuse berarti menggunakan benda yang bisa digunakan lagi, bukan
seperti plastik/styrofoam yang sekali pakai langsung buang. Reduce berarti
berhemat dan wajar dalam memakai produk yang merusak lingkungan, dan Recycle
berarti mendaur ulang sampah yang masih bisa kita manfaatkan.
Oleh
Richard Mahendra Putra
Richard Mahendra Putra
infonya lengkapnya bagus sekali
ReplyDeleteteknik pengolahan bahan pangan