Terjadinya Awan Cumulunimbus
Proses Terjadinya Awan Cumulunimbus
|
Cumulunimbus |
Berikut ini, saya akan membahas mengenai awan jenis konvektif yaitu Cumulunimbus dan juga proses terjadinya awan ini.Cuaca buruk adalah hal yang sangat ditakuti oleh semua pihak. Baik itu warga biasa, maupun dari pihak navigasi trasportasi penerbangan dan pelayaran. Selain itu cuaca buruk juga akan banyak memicu bencana-bencana yang akan terjadi seperti banjir, tanah longsong, gelombang tinggi dan juga banyak peristiwa-peristiwa lainnya yang dapat merugikan aktifitas manusia.
Salah satu faktor terjadinya cuaca buruk adalah karena adanya awan Cumulunimbus (Cb). Adanya awan ini akan menimbulkan hujan dengan intensitas sedang atau bahkan menimbulkan hujan lebat, sehingga akan mengurangi visibility atau jarak pandang kita untuk melihat sehingga akan memicu terjadinya kecelakaa di darat, laut, maupun udara. Selain itu adanya awan Cumulunimbus (Cb) juga akan menyebabkan badai guntur dan halilintar yang akan sangat berbahaya bagi siapa saja.
Awan Cumulunimbus ini merupakan jenis awan konvektif. Awan konvetif ialah awan yang mampu menjulang sangat tinggi hingga mencapai puncak lebih dari 9 km. Awan ini terbentuk akibat dari dampak pemanasan yang tidak merata yang mengakibatkan massa udara dingin dan panas bersinggungan sehingga udara panas di desak naik oleh udara dingin dan akan menghasilkan turbulensi yang akan memicu terjadinya awan-awan konvektif seperti Cumulus Congestus dan Cumulunimbus.
Awan Cumulus Congestus juga merupakan jenis awan konvektif, namun awan ini tidak terlalu tinggi. Tinggi puncak awan ini hanya sekitar 5000 m. Berbeda dengan awan Cumulunimbus. Awan Jenis Cumulunimbus (Cb) bisa memilik tinggi puncak hingga lebih dari 9000 m. Awan ini akan menimbulkan angin kencang, hujan yang lebat dan juga badai guntur.
Awan jenis ini bisa muncul dimana saja dimana daerah tersebut memiliki tekanan yang rendah. Karena apabila suatu tempat memiliki tekanan yang rendah, maka udara akan berkumpul di daerah itu dan akan didesak naik sehingga menimbulkan awan jenis konvektif.
Adapun Fase-fase terjadinya awan konvektif akan dijelaskan sebagai berikut :
- Fase Tumbuh
Fase ini merupakan fase awal terbentuknya awan konvektif. Pada fase ini , awan Cumulunimbus akan terlihat pada komponen vertikalnya. Hal ini disebabkan karena puncak dari awan ini terus-menerus bertambah tinggi hingga bisa mencapain lebih dari 9000 m. Namun pada fase ini awan Cumulunimbus masih berbentuk seperti menggumpal-gumpal saja. Justru lebih terlihat sepeti cumulus namun lebih besar. Awan ini semua berisi butiran air pada lapisan dasar hingga 5000 m dan berisi kristal es dan salju pada lapisan di atas 5000m hingga lapisan puncak
- Fase Matang
Pada fase ini, awan cumulunimbus sudah memiliki landasan yang datar. Landasan ini terjadi akibat puncak awan Cb mendapat tekanan dari lapisan troposfer dimana pada lapisan ini memiliki sifat atmosfer yang stabil. Pada fase ini, lapisan dasar awan berupa salju, bagian tengah berupa butiran air bercampur salju dan bagian atas berupa kristal es. Namun di dalam awan ini sendiri terjadi arus udara naik ( Up Draft ) dan juga arus udara turun (Down Draft) di dalam awan sehingga kristal es yang berada dipuncak awan ada kemungkinan untuk turun dan menyebabkan hujan es/hai. Pada fase ini pula akan terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dan disertai dengan badai guntur.
- Fase Dissipasi ( Pelenyapan )
Setelah terjadi 2 fase tersebut. Awan ini akan terjadi hujan yang lebat namun terjadi pada jangka waktu yang relatif singkat. Pada fase ini ditandai dengan melemahnya arus udara kebawah dan juga intensitas hujan yang makin menurun. Setelah awan Cb mengalami Fase ini biasanya awan Cb akan pecah dan menyebar membentuk lapisan awan Altostratus
Itulah materi yang bisa saya sampaikan mengenai awan Cumulunimbus. Bagaimana ia terbentuk dan apa pula dampak-dampak yang akan terjadi akibat adanya awan ini. Kita harus selalu waspada terhadap kondisi cuaca di sekitar kita. Karena bagaimanapun kondisi cuaca akan mempengaruhi segala aktifitas kita sehari-hari.
No comments:
Post a Comment