Wednesday, 29 November 2017

Badai CEMPAKA

Mengenal Lebih Dekat Badai Tropis “CEMPAKA”

“Bencana dapat terjadi diluar kendali manusia. Upaya yang bisa dilakukan oleh kita adalah menentukan sikap bagaimana untuk menghadapi bencana tersebut”


Sejak hari Senin 27 November 2017, masyarakat sekitar Pulau Jawa dikagetkan dengan berita tentang munculnya Badai Tropis “CEMPAKA” yang tumbuh sangat dekat dengan pesisir selatan Pulau Jawa. Akibat dari fenomena badai tropis ini, maka sebagian besar daerah di pulau Jawa akan sangat berpotensi untuk terjadi cuaca buruk berupa hujan lebat disertai angin kencang dan petir sehingga akan memicu terjadinya banjir dan tanah longsor.


Apa itu Badai Tropis
Secara sederhana, badai tropis merupakan sebuah pusat tekanan rendah yang terbentuk di daerah tropis serta memiliki kecepatan pusaran angin yang sangat kencang. Fenomena ini bukan bencana yang asing untuk negara lain seperti Filipina. Setiap tahun, negara ini hampir selalu mengalami peristiwa badai tropis. Namun bagi masyarakat Indonesia, peristiwa badai tropis merupakan hal yang baru dan belum banyak dikenal oleh masyarakat. Faktanya, masyarakat lebih familiar dengan bencana alam banjir, tanah longsor, puting beliung, angin kencang, dan tsunami. Padahal tidak menutup kemungkinan juga bahwa wilayah Indonesia akan mengalami peristiwa badai tropis ini dan mendapatkan dampak langsung maupun tidak langsung.

Badai tropis dapat muncul diakibatkan oleh beberapa faktor pendukung seperti suhu muka laut yang hangat, tekanan udara yang sangat rendah, serta adanya energi tambahan dari luar yang menambah potensi pertumbuhan sistem tekanan rendah tersebut. Sebelum badai tropis terbentuk, biasanya akan terlihat pusat tekanan rendah yang menyimpang dari kondisi normalnya. Apabila sistem tekanan rendah tersebut bertahan dan mendapatkan cukup energi untuk menjadi badai, maka dalam beberapa waktu sistem tersebut akan berevolusi menjadi badai tropis.

Bukan Merupakan Badai Pertama di Indonesia
Berdasarkan riwayat data kejadian badai tropis di Indonesia, sebenarnya badai tropis CEMPAKA bukanlah badai yang pertama kali terjadi di wilayah kita. Beberapa tahun yang lalu, wilayah kita juga pernah terjadi badai tropis diantaranya DURGA di perairan Bengkulu (22 – 25 April 2008), ANGGREK di perairan barat Sumatera (30 – 4 November 2010), dan BAKUNG di perairan barat daya Sumatera (11 – 13 Desember 2014). Namun peristiwa tersebut memiliki lokasi yang cukup jauh dari daratan Indonesia sehingga wilayah kita tidak mendapatkan dampak langsung dari peristiwa badai sebelumnya. Berbeda dengan kejadian badai tropis CEMPAKA saati ini. Wilayah Indonesia khususnya Pulau Jawa dan sekitarnya mendapatkan dampak langsung maupun tidak langsung.  Dampak langsung yang dirasakan di daerah sekitar badai adalah cuaca yang sangat buruk dan angin kencang serta gelombang laut yang tinggi. Sedangkan untuk dampak tidak langsung dari badai ini adalah terbentuknya daerah pertemuan angin yang juga memicu terjadinya cuaca buruk di daerah tersebut.

Dampak Badai Tropis CEMPAKA
Berdasarkankan beberapa informasi dari media maupun masyarakat sekitar, dampak yang sangat terasa akibat dari Badai Tropis CEMPAKA ini adalah terjadinya hujan yang terus menerus di beberapa wilayah pulau Jawa sehingga menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor, misalkan di Wonogiri-Jawa Tengah. Hujan deras yang mengguyur daerah ini terjadi sejak hari Senin hingga Selasa mengakibatkan banjir di beberapa tempat sehingga menggenangi jalur lalu lintas menuju Nguntoronadi, Tirtomoyo, hingga Pacitan (solopos.com).

Selain itu, dampak langsung juga dirasakan di wilayah Pacitan, Jawa Timur. Cuaca buruk yang terjadi terus menerus akibat dari Badai Tropis CEMPAKA memberikan dampak yang terasa di daerah ini berupa banjir dan tanah longsor.  Akibat dari peristiwa ini, dicatata bahwa sekitar 9 orang tewas akibat akibat tertimbun tanah longsor dan 2 korban lain meninggal usai hanyut terbawa banjir. Berdasarkan data BNPB, hujan lebat yang terjadi di Pacitan menyebabkan 13 desa terendam banjir. Bencana longsor juga terpantau terjadi di 22 titik, yaitu 16 titik longsor di Kabupaten Bantul, 2 titik di Kabupaten Kulonprogo, 1 titik di Kabupaten Gunung Kidul dan 3 titik di Kabupaten Sleman. Belum tercatat ada korban jiwa akibat bencana dampak Siklon Cempaka di provinsi ini (tirto.id).

Dampak badai CEMPAKA tidak hanya menyebabkan bencana di wilayah daratan saja. Akibat dari badai ini, akan terjadi angin yang memiliki kecepatan tinggi sehingga memicu potensi gelombang laut yang tinggi dan sangat berbahaya bagi kapal. Berdasarkan prakiraan BMKG, potensi gelombang Tinggi 2.5 - 6 meter akan terjadi di Perairan Selatan Jawa Timur, Laut Jawa Bagian Timur, Selat Sunda bagian Selatan, Perairan Selatan Banten hingga Jawa Barat, Samudera Hindia Barat Bengkulu hingga Selatan Jawa Tengah.

Tak hanya itu, Badai Tropis CEMPAKA juga berperan aktif dalam pergerakan Debu Vulkanik letusan Gunung Agung di Bali. Pasalnya, sebelum kejadian badai ini, Bandara Internasional Lombok ditutup untuk sementara. Hal ini karena arah pergerakan debu vulkanik pada saat itu adalah timur – tenggara, sehingga daerah lombok juga terdampak oleh debu vulkanik yang berbahaya untuk dunia penerbangan. Namun, setelah badai tropis CEMPAKA ini terbentuk, pergerakan dari debu vulkanik berubah arah menjadi barat daya menuju pusat badai. Hal ini disebabkan oleh badai CEMPAKA yang memiliki tekanan udara sangat rendah dibandingkan sekitarnya, sehingga pergerakan angin di sekitarnya akan mengumpul di titik tersebut. Akibat dari kejadian ini, Bandara Internasional Ngurah Rai Bali juga dinyatakan untuk ditutup.

Peran Aktif BMKG dalam Upaya Mengurangi Dampak Badai Tropis CEMPAKA
BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang memiliki tugas di bidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Institusi inilah yang berperan aktif memberikan peringatan dini dan prakiraan kondisi ke depan apabila terjadi peristiwa bencana akibat faktor hidrometeorologis. Dalam upaya mendukung pemerintah untuk mengurangi dampak resiko bencana hidrometeorologis tersebut, BMKG memiliki teknologi untuk memantau dan prakiraan kondisi atmosfer yang dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan peringatan dini sebelum kejadian tersebut terjadi.

Contoh teknologi pemantauan cuaca yang sangat membantu dalam proses tersebut adalah pemantauan satelit cuaca. Saat ini, satelit cuaca yang digunakan oleh BMKG untuk memantau kondisi atmosfer dan awan memiliki resolusi waktu dan ruang yang sangat baik. Satelit tersebut mampu mengamati pertumbuhan dan perkembangan sebuah sel awan hujan setiap 10 menit sekali. Hal ini akan meningkatkan kualitas dari prakiraan dan peringatan dini yang diberikan untuk dapat mengurangi resiko dari bencana yang terjadi. Teknologi satelit juga mampu digunakan untuk memantau pergerakan dari badai tropis, sebaran asap, serta sebaran debu vulkanik akibat letusan gunung api.

Selain itu, teknologi Numerical Weather Prediction atau biasa dikenal Prakiraan Cuaca berbasis perhitungan numerik, juga sangat berguna untuk memprakirakan bagaimana kondisi atmosfer di masa mendatang. Hal ini akan memudahkan pihak-pihak terkait dalam mengambil keputusan penting, seperti kapan tim SAR melakukan evakuasi, kapan Bandar Udara bisa beroperasi, kapan sebuah bendungan harus dibuka / ditutup, serta perencanaan lainnya.

Himbauan Kepada Masyarakat
Berdasarkan prakiraan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, fenomena Badai Tropis CEMPAKA masih akan bertahan beberapa hari kedepan. Oleh karena itu, masyarakat dihimbau agar waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir bandang, tanah longsor, genangan di jalan raya, angin kencang yang menyebabkan pohon tumbang dan jalan yang licin. Terutama aktivitas penerbangan di beberapa bandara di Pulau Jawa juga berpotensi terpengaruh akibat hujan dan angin kencang. Selain itu, kondisi gelombang laut yang cukup tinggi di beberapa lokasi selatan Jawa, masyarakat dan kapal-kapal yang melintas dihimbau untuk tetap waspada terutama nelayan tradisional yang beroperasi di perairan selatan Jawa.


Oleh
Richard Mahendra Putra
Pengamat Meteorologi dan Geofisika di BMKG

3 comments: