Monday, 9 March 2015

POTENSI ANGIN DALAM KESELAMATAN PENYEBERANGAN JEMBATAN SURAMADU

POTENSI ANGIN DALAM KESELAMATAN PENYEBERANGAN JEMBATAN SURAMADU


Oleh Richard Mahendra Putra





Jembatan Suramadu merupakan jembatan yang menghubungkan pulau Jawa dan Madura. Jembatan ini memiliki panjang 5438 m dan merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Adanya pengaruh angin silang (crosswind) pada jembatan ini dapat membahayakan penyeberangan khususnya bagi pengendara roda dua. Oleh karena itu, dengan mengetahui pola angin yang terjadi di wilayah Surabaya, diharapkan dapat mengantisipasi kecelakaaan saat menyeberangi jembatan ini khususnya bagi pengendara roda dua. Jembatan ini membujur dari utara menuju selatan, sehingga angin yang berasal dari arah timur dan barat akan menyebabkan angin silang (crosswind) yang dapat mempengaruhi kondisi pengendara saat menyeberangi jembatan ini. 


Angin Musiman (Monsun) 

Negara kita merupakan sebuah negara yang dilewati oleh garis khatulistiwa sehingga merupakan daerah tropis, dan juga 2/3 wilayahnya merupakan perairan. Hal ini menyebabkan jumlah penguapan yang terjadi akan lebih besar sehingga dapat memicu tumbuhnya awan-awan konvektif yang dapat menghasilkan hujan lebat. Di Indonesia, keadaan cuaca sangatlah bergantung pada pergerakan semu matahari dimana matahari bergerak dari 23.5o LU hingga 23.5⁰ LS setiap tahunnya. Akibatnya, akan timbul angin yang dikenal dengan Angin Monsun. Angin ini terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin Monsun Asia dan Australia. 

Saat matahari berada di utara equator, maka wilayah di sebelah utara equator akan memiliki tekanan lebih rendah daripada wilayah selatan equator. Sehingga angin akan bergerak dari wilayah selatan equator menuju utara. Angin ini sering dikenal dengan nama Angin Monsun Australia. Angin ini membawa massa udara yang bersifat kering dan dingin sehingga wilayah di Indonesia akan mengalami musim kemarau. Angin ini lebih dikenal sebagai angin timuran, yaitu angin yang berasal dari arah timur. 

Sebaliknya, saat matahari berada di selatan equator maka di wilayah selatan equator akan memiliki tekanan lebih rendah sehingga angin akan bergerak dari wilayah utara equator menuju selatan. Angin ini dikenal dengan nama Angin Monsun Asia. Angin ini membawa massa udara bersifat lembab dan basah sehingga saat itu wilayah Indonesia mengalami musim hujan. Angin ini lebih dikenal masyarakat umum sebagai angin baratan, yaitu angin yang berasal dari arah barat. 

Pola Angin di Surabaya 

Setiap tempat di permukaan bumi ini memiliki karakteristik angin masing-masing tergantung pada lokasi tempat tersebut. Hal ini disebabkan permukaan bumi yang heterogen, ditambah lagi penerimaan energi dari matahari yang tidak sama di setiap tempat. Maka akan terjadi sebuah perbedaan (Gradien) dari tekanan di setiap tempat. Angin dapat terjadi apabila terdapat perbedaan tekanan (Gradien) di suatu tempat. Semakin besar nilai dari gradien tekanan tersebut, maka angin yang bertiup juga akan semakin kencang. 

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bertugas untuk memberikan informasi mengenai keadaan cuaca. Menurut data dari Stasiun Meteorologi Perak I Surabaya pola angin rata-rata di wilayah Surabaya dominasi berasal dari dua arah saja, yaitu dari arah timur dan barat. Hal ini menunjukkan bahwa sepanjang tahun, di daerah Suramadu mendapatkan pengaruh angin silang (crosswind) yang dapat membahayakan pengendara khususnya bagi roda dua. 

Dari data angin maksimum menunjukkan bahwa pada bulan Januari, rata-rata angin berasal dari barat dengan kecepatan rata-rata 14,90 knot. Kemudian pada bulan Februari, rata-rata kecepatan angin meningkat menjadi 15.16 knot. Saat memasuki bulan maret, kecepatan angin mulai turun menjadi 13,21 knot dengan arah dominan yang sama yaitu berasal dari barat. Pada bulan April, arah dominan angin mulai berubah dari arah timur dengan variasi angin berasal dari barat. Hal ini menunjukkan bahwa pada bulan ini merupakan bulan peralihan dari musim baratan menuju timuran. Namun kecepatan angin pada bulan ini hanya 11,75 knot. Kemudian kecepatan angin meningkat lagi pada bulan Mei sebesar 12,13 knot dan Juni sebesar 12,64 knot dengan arah dominan yang sama yaitu dari timuran. Memasuki bulan Juli, Agustus, September, dan Oktober, kecepatan angin mulai meningkat kembali sebesar 13,50 knot pada bulan Juli, 14,05 knot pada bulan Agustus, 13.56 knot pada September, dan 13,94 knot pada bulan Oktober dengan memiliki arah yang masih sama namun frekuensi angin dominan yang mulai berkurang. Sedangkan saat bulan Nopember, arah angin mulai bervariasi dari arah timur dan barat dengan kecepatan maksimum sebesar 12,97 knot. Saat memasuki bulan Desember, pengaruh monsun baratan mulai aktif, sehingga angin di dominasi dari arah barat dengan kecepatan 13,26 knot. 

Menurut data rata-rata angin maksimum, dapat disimpulkan bahwa angin paling berbahaya adalah saat bulan Februari yaitu sebesar 15,16 knot. Sehingga perlu diwaspadai bagi pengendara roda dua yang hendak melintasi Jembatan Suramadu agar lebih waspada saat memasuki bulan Februari. Sedangkan untuk kecepatan angin maksimum terkecil terjadi pada bulan April yaitu sebesar 11,75 knot. Kecepatan angin maksimum di sepanjang tahun selalu lebih besar dari 10 knot sehingga informasi kondisi angin secara real time sangat diperlukan bagi pengendara yang hendak melintasi jembatan ini agar tidak terjadi kecelakaan akibat angin silang (crosswind) yang terlalu kencang.

1 comment: