Hantu Udara Bernama Awan CB
Artikel ini sebenarnya pernah saya tulis dalam salah satu postingan blog ini, yaitu pada post http://bagiankecilmeteorologi.blogspot.com/2014/02/terjadinya-awan-cumulunimbus.html, isinya 90% sebenarnya sama saja. Hanya saya menulis artikel ini saat kejadian kecelakaan Air Asia pada 28 Desember 2014 lalu. Saya mengirimkan artikel ini ke salah satu koran di Jawa Timur dan hari esoknya setelah saya mengirimkannya, ternyata tulisan saya dimuat. Berikut ini adalah berita lengkapnya.
Malang Post, 30 Desember 2014 (Page 1 and Page 9)
Oleh Richard Mahendra Putra
Staf BMKG Perak I Surabaya
Dunia
penerbangan di Indonesia kembali mengalami musibah. Hari Minggu kemarin tanggal
28 Desember 2014, pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ8501
mendadak hilang kontak saat melewati perairan Tanjung Pandan, Bangka Belitung.
Pesawat Airbus A320-200 ini berangkat dari Surabaya menuju Singapura pukul
05.27 WIB. Pesawat kemudian hilang kontak pada pukul 07.27 WIB. Sebelum hilang
kontak, pesawat terbang di ketinggian 32 ribu kaki, tapi pilot meminta naik ke
ketinggian 38 ribu kaki. Namun, sinyal pesawat hilang di ketinggian 32000 kaki.
Informasi keadaan cuaca pada rute yang hendak dilewati pesawat memang sangat dibutuhkan untuk dapat mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan seperti ini. Menurut data satelit pada jam 07.00 WIB, memang benar rute perjalanan dari pesawat dengan nomor penerbangan QZ8501 ini tidak. Hal ini ditunjukan oleh tingkat reflektivitas yang tinggi saat melihat citra satelit. Besarnya tingkat reflektivitas ini menunjukkan adanya awan yang sangat berbahaya yaitu awan Cumulunimbus atau biasa dikenal dengan nama awan CB.
Informasi keadaan cuaca pada rute yang hendak dilewati pesawat memang sangat dibutuhkan untuk dapat mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan seperti ini. Menurut data satelit pada jam 07.00 WIB, memang benar rute perjalanan dari pesawat dengan nomor penerbangan QZ8501 ini tidak. Hal ini ditunjukan oleh tingkat reflektivitas yang tinggi saat melihat citra satelit. Besarnya tingkat reflektivitas ini menunjukkan adanya awan yang sangat berbahaya yaitu awan Cumulunimbus atau biasa dikenal dengan nama awan CB.
Adanya
awan CB ini mengidentifikasikan bahwa di daerah tersebut terjadi cuaca buruk.
Daerah di sekitar awan CB akan mengalami golakan angin berupa turbulensi arus
angin yang bergerak ke atas (updraft) dan ke bawah (downdraft). Apabila sebuah
pesawat melewati daerah yang terdapat awan CB, maka pesawat tersebut akan
hilang keseimbangan dan berpeluang untuk jatuh. Selain itu, awan CB juga
terdiri dari bongkahan-bongkahan es sehingga akan sangat berbahaya bagi pesawat
apabila terbang memasukinya, sama dengan menabrak es.
Awan
CB merupakan jenis awan konvektif, awan yang mampu menjulang sangat tinggi
hingga mencapai puncak lebih dari 12 km. Awan ini terbentuk akibat dari dampak
pemanasan yang tidak merata yang mengakibatkan massa udara dingin dan panas
bersinggungan sehingga udara panas di desak naik oleh udara dingin dan akan
menghasilkan turbulensi yang akan memicu terjadinya awan-awan konvektif seperti
CB. Awan ini akan menimbulkan angin kencang, hujan yang lebat dan juga badai
guntur.
Awan
jenis ini bisa muncul di mana saja di daerah yang memiliki tekanan yang rendah.
Karena apabila suatu tempat memiliki tekanan yang rendah, maka udara akan
berkumpul di daerah itu dan akan didesak naik sehingga menimbulkan awan jenis
konvektif. Adapun Fase-fase terjadinya awan konvektif akan dijelaskan sebagai
berikut :
Fase Tumbuh
Fase
ini merupakan fase awal terbentuknya awan konvektif. Pada fase ini, awan CB
akan terlihat pada komponen vertikalnya. Hal ini disebabkan karena puncak
dari awan ini terus-menerus bertambah tinggi hingga bisa mencapain lebih dari
12000 m. Namun pada fase ini awan CB masih berbentuk seperti menggumpal-gumpal
saja. Justru lebih terlihat sepeti cumulus namun lebih besar. Awan ini semua
berisi butiran air pada lapisan dasar hingga 5000 m dan berisi kristal es dan
salju pada lapisan di atas 5000m hingga lapisan puncak
Fase Matang
Pada
fase ini, awan CB sudah memiliki landasan yang datar. Landasan ini terjadi
akibat puncak awan mendapat tekanan dari lapisan troposfer, pada lapisan ini
memiliki sifat atmosfer yang stabil. Pada fase ini, lapisan dasar awan berupa
tetes air, bagian tengah berupa butiran air bercampur salju dan bagian atas
berupa kristal es. Namun di dalam awan ini sendiri terjadi arus udara naik (
updraft ) dan juga arus udara turun (downdraft) di dalam awan sehingga kristal
es yang berada dipuncak awan ada kemungkinan untuk turun dan menyebabkan hujan
es/hail.
Fase
Dissipasi ( pelenyapan )
Setelah
terjadi dua fase tersebut, akan terjadi hujan yang lebat namun terjadi pada
jangka waktu yang relatif singkat. Pada fase ini ditandai dengan melemahnya
arus udara ke bawah dan juga intensitas hujan yang makin menurun. Setelah awan
CB mengalami fase ini biasanya akan pecah dan menyebar membentuk lapisan awan
Altostratus yaitu awan berwarna putih yang berbentuk halus dan merata di
langit.
Mengetahui bagaimana kondisi cuaca pada rute
perjalanan pesawat sangatlah penting untuk dapat mengantisipasi
kejadian-kejadian seperti insiden Air Asia tersebut. Apabila terdapat awan-awan
konvektif seperti CB, maka pesawat lebih baik mengubah rute untuk dapat
menghindari awan jenis ini.(*)
How to play on the casino online: A complete guide
ReplyDeleteBefore golden star you play on the casino online, 벳플릭스 you should first get into the basic concepts pcie 슬롯 of slot games. The 메이저 벳 먹튀 most important elements, as well as the av 보는 곳 bonus